Minggu, 29 Maret 2020

PELEPASAN DAN PERUBAHAN KEPEMILIKAN HARTA



I.     Kompetensi Inti (KI)
KI-1.    Menghayati dan mengamalkan aj aran agama yang dianutnya.
KI-2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, danperadabanterkaitpenyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
II.     Kompetensi Dasar (KD)
1.2 Menghayati perintah Allah tentang kewajiban mengeluarkan harta benda kepada mustahiq.
2.2 Membiasakan sikap peduli   melalui materi wakaf, hibah, sedekah dan hadiah.
3.2        Memahami ketentuan Islam tentang wakaf, hibah, sedekah dan hadiah.
4.2        Mempraktikkan cara pelaksanaan wakaf, hibah, sedekah, dan hadiah.
III. Indikator Pembelajaran

1.        Mencoba membiasakan untuk melakukan hibah dan shadaqah.
2.                Menjelaskan tata cara hibah.
3.                Menj elaskan tata cara shadaqah dan hadiah.
4.                Menj elaskan tata cara wakaf.
5.                 Mempraktikkan tata cara hibah, shadaqah, hadiah dan wakaf.
IV.  Tujuan Pembelajaran
Setelah  mengamati,  menanya,  mengeksplorasi,  mengasosiasi  dan meng-komunikasikan peserta didik mampu:
1.  Menjelaskan tata cara hibah.
2.                Menj elaskan tata cara shadaqah dan hadiah.
3.                Mempraktikkan tata cara hibah, shadaqah, hadiah dan wakaf.
V.   Materi Pembelajaran A.   HIBAH
1.    Pengertian dan Hukum Hibah
Hibah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu ia hidup tanpa adanya imbalan sebagai tanda kasih sayang.
2.    Rukun dan Syarat Hibah
a.    Pemberi Hibah (Wahib)
Syarat-syarat pemberi hibah (wahib) adalah sudah baligh, dilakukan atas dasar kemauan sendiri, dibenarkan melakukan tindakan hukum dan orang yang berhak memiliki barang.
b.    Penerima Hibah (Mauhub Lahu)
Syarat-syarat penerima hibah (mauhub lahu), diantaranya :
Hendaknya penerima hibah itu terbukti adanya pada waktu dilakukan hibah. Apabila tidak ada secara nyata atau hanya ada atas dasar perkiraan, seperti janin yang masih dalam kandungan ibunya maka ia tidak sah dilakukan hibah kepadanya.
c.    Barang yang dihibahkan (Mauhub)
Syarat-syarat barang yang dihibahkan (Mauhub), diantaranya : jelas terlihat wujudnya, barang yang dihibahkan memiliki nilai
atau harga, betul-betul milik pemberi hibah dan dapat dipindahkan status kepemilikannya dari tangan pemberi hibah kepada penerima hibah.
d. Akad (Ijab dan Qabul), misalnya si penerima menyatakan "saya hibahkan atau kuberikan tanah ini kepadamu”, si penerima menjawab, "ya saya terima pemberian saudara".
3.    Macam-macam Hibah
Hibah dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu :
a.     Hibah barang adalah memberikan harta atau barang kepada
pihak lain yang mencakup materi dan nilai manfaat harta atau
barang tersebut, yang pemberiannya tanpa ada tendensi (harapan)
apapun. Misalnya menghibahkan rumah, sepeda motor, baju dan
sebagainya.
b.    Hibah manfaat, yaitu memberikan harta kepada pihak lain agar
dimanfaatkan harta atau barang yang dihibahkan itu, namun materi
harta atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah. Dengan
kata lain, dalam hibah manfaat itu si penerima hibah hanya
memiliki hak guna atau hak pakai saja. Hibah manfaat terdiri
dari hibah berwaktu (hibah muajjalah) dan hibah seumur hidup
(al-amri). Hibah muajjalah dapat juga dikategorikan pinjaman
(ariyah
) karena setelah lewat jangka waktu tertentu, barang yang
dihibahkan manfaatnya harus dikembalikan.
4.    Mencabut Hibah
Jumhur ulama berpendapat bahwa mencabut hibah itu hukumnya haram, kecuali hibah orang tua terhadap anaknya, sesuai dengan sabda Rasulullah saw. :
“Tidak halal seorang muslim memberikan suatu barang kemudian ia tarik kembali, kecuali seorang bapak kepada anaknya” (HR. Abu Baud).
Sabda Rasulullah saw. :
Artinya: “Orang yang menarik kembali hibahnya seperti anjing yang muntah lalu dimakannya kembali”

Hibah yang dapat dicabut, di antaranya sebagai berikut:
a.
Hibahnya orang tua (bapak) terhadap anaknya, karena bapak melihat bahwa mencabut itu demi menjaga kemaslahatan anaknya.
b.
Bila dirasakan ada unsur ketidakadilan di antara anak-anaknya, yang menerima hibah..
c.
Apabila dengan adanya hibah itu ada kemungkinan menimbulkan iri hati dan fitnah dari pihak lain.

B.   SHADAQAH DAN HADIAH
1.    Pengertian dan Dasar Hukum Shadaqah dan Hadiah
Shadaqah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain tanpa adanya imbalan dengan harapan mendapat ridla Allah Swt. Sementara hadiah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain tanpa adanya imbalan sebagai penghormatan atas suatu prestasi. Shadaqah itu tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk tindakan seperti senyum kepada orang lain termasuk shadaqah.
Hukum hadiah-menghadiahkan dari orang Islam kepada orang diluar Islam atau sebaliknya adalah boleh karena persoalan ini termasuk sesuatu yang berhubungan dengan sesama manusia (hablum minan naas).
2.    Hukum Shadaqah dan Hadiah
a.    Hukum shadaqah adalah sunah
b.    Hukum hadiah adalah mubah artinya boleh saja dilakukan dan
boleh ditinggalkan.
3.    Perbedaan antara Shadaqah dan Hadiah
a.     Shadaqah ditujukan kepada orang teriantar, sedangkan hadiah
ditujukan kepada orang yang berprestasi.
b.          Shadaqah untuk membantu orang-orang teriantar memenuhi
kebutuhan pokoknya, sedangkan hadiah adalah sebagai kenang-
kenangan dan penghargaan kepada orang yang dihormati.
c. Shadaqah adalah wajib dikeluarkan jika keadaan menghendaki sedangkan hadiah hukumnya mubah (boleh).
4.    Syarat-syarat Shadaqah dan Hadiah
a.     Orang yang memberikan shadaqah atau hadiah itu sehat akalnya
dan tidak di bawah perwalian orang lain. Hadiah orang gila, anak-
anak dan orang yang kurang sehat jiwanya (seperti pemboros)
tidak sah shadaqah dan hadiahnya.
b.    Penerima haruslah orang yang benar-benar memerlukan karena
keadaannya yang terlantar.
c.     Penerima shadaqah atau hadiah haruslah orang yang berhak
memiliki, jadi shadaqah atau hadiah kepada anak yang masih
dalam kandungan tidak sah.
d.    Barang yang dishadaqahkan atau dihadiahkan harus bermanfaat
bagi penerimanya.
5.    Rukun Shadaqah dan Hadiah
a.     Pemberi shadaqah atau hadiah.
b.    Penerima shadaqah atau hadiah.
c.     Ij ab dan Qabul artinya pemberi menyatakan memberikan, penerima
menyatakan suka.
d.    Barang atau Benda (yang dishadaqahkan/dihadiahkan).
C.   WAKAF
1.    Pengertian Wakaf
Wakaf yaitu memberikan suatu benda atau harta yang dapat diambil manfaatnya untuk digunakan bagi kepentingan masyarakat menuju keridhaan Allah Swt.
2.    Rukun Wakaf
a.     Orang yang memberikan wakaf (Wakif).
b.    Orang yang menerima wakaf (Maukuf lahu).
c.     Barang yang yang diwakafkan (Maukuf).
d.    Ikrar penyerahan (akad).
3.    Syarat-syarat Wakaf
a. Orang yang memberikan wakaf berhak atas perbuatan itu dan atas dasarkehendaknyasendiri.
b.    Orang yang menerima wakaf jelas, baik berupa organisasi atau
perorangan.
c.    Barang yang diwakafkan berwujud nyata pada saat diserahkan.
d.    Jelas ikrarnya dan penyerahannya, lebih baik tertulis dalam akte
notaris sehingga jelas dan tidak akan menimbulkan masalah dari
pihak keluarga yang memberikan wakaf.
4.    Macam-macam Wakaf
Wakaf dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a.    Wakaf Ahly (wakaf khusus), yaitu wakaf yang khusus diperuntukkan
bagi orang-orang tertentu, seorang atau lebih, baik ada ikatan
keluarga atau tidak. Misalnya wakaf yang diberikan kepada
seorang tokoh masyarakat atau orang yang dihormati.
b.     Wakaf Khairy (wakaf untukumum), yaitu wakaf yang diperuntukkan
bagi kepentingan umum. Misalnya wakaf untuk Masjid, Pondok
Pesantren dan Madrasah.
5.    Perubahan Benda Wakaf
Menurut Imam Syafi'i menjual dan mengganti barang wakaf dalam kondisi apapun hukumnya tidak boleh, bahkan terhadap wakaf khusus (waqaf Ahly) sekalipun, seperti wakaf bagi keturunannya sendiri, sekalipun terdapat seribu satu macam alasan untuk itu.Sementara Imam Maliki dan Imam Hanafi membolehkan mengganti semua bentuk barang wakaf, kecuali masjid. Penggantian semua bentuk barang wakaf ini berlaku, baik wakaf khusus atau umum (waqaf Khairy), dengan ketentuan :
a.    Apabila pewakaf mensyaratkan (dapat dijual atau digantikan
dengan yang lain), ketika berlangsungnya pewakafan.
b.    Barang wakaf sudah berubah menj adi barang yang tidak berguna.
c.    Apabila penggantinya merupakan barang yang lebih bermanfaat
dan lebih menguntungkan.
d.         Agar lebih berdaya guna harta yang diwakafkan.


Kamis, 26 Maret 2020

PEREKONOMIAN DALAM ISLAM


I.     Kompetensi Inti (KI)
KI-1.    Menghayati dan mengamalkan aj aran agama yang dianutnya.
KI-2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, danperadabanterkaitpenyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
II.     Kompetensi Dasar (KD)
2.2 Membiasakan bekerja sama dalam perekonomian Islam.
3.2 Menelaah aturan Islam tentang perekonomian Islam.
4.2 Mempraktikkan cara jual beli, khiyar, musaqah, muzara’ah, mukhabarah, syirkah,murabahah, mudharabah, dan salam.
III. Indikator Pembelajaran
1.  Menjelaskan aturan Islam tentang perekonomian dalam Islam.
2.                Mempraktikkan cara jual beli.
3.                Mempraktikkan khiyar.
4.                Mempraktikkan musaqah, muzara’ah dan mukhabarah.
5.                Mempraktikkan syirkah.
6.                Mempraktikkan murabahah.
7.                Mempraktikkan mudharabah.
8.                Mempraktikkan salam.
IV.  Tujuan Pembelajaran
Setelah     mengamati,     menanya,     mengeksplorasi,     mengasosiasi     dan mengomunikasikan peserta didik mampu:
1.  Menjelaskan aturan Islam tentang perekonomian dalam Islam dengan baik.
2.               Mempraktikkan cara jual beli yang benar.
3.               Mempraktikkan khiyar dengan benar.
4.               Mempraktikkan musaqah, muzara’ah dan mukhabarah dengan baik.
5.                Mempraktikkan syirkah dengan benar.
6.               Mempraktikkan murabahah dengan benar.
7.               Mempraktikkan mudharabah dengan benar.
8.                Mempraktikkan salam benar.
V. MATERI PEMBELAJARAN

A.  Jual Beli

1.
Pengertian dan Dasar hukum Jual Beli

Jual beli adalah suatu transaksi tukar menukar barang atau harta yang
mengakibatkan pemindahan hak milik sesuai dengan syarat dan rukun
tertentu. Dasar hukum jual beli bersumber dari Al-Qur'an dan Al-
Hadis :
Firman Allah Swt:                                                              .  f    .    -
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al Baqarah/2 : 275).
2.
Syarat dan Rukun Jual Beli
a.   Rukun Jual Beli
1)               Ada penjual.
2)              Ada pembeli.
3)    Ada barang atau harta yang diperjualbelikan.
4)              Ada uang atau alat bayar yang digunakan sebagai penukar barang.
5)               Ada lafadz ij ab qabul, yaitu sebagai bukti akan adanya kerelaan dari kedua belah pihak.
b.     Syarat Barang yang Diperjualbelikan
1)               Barang itu suci, artinya bukan barang najis.
2)              Barang itu bermanfaat.
3)              Barang itu milik sendiri atau milik orang lain yang telah mewakilkan untuk menjualnya.
4)              Barang itu dapat diserahterimakan kepemilikannya.
5)               Barang itu dapat diketahui jenis, ukuran, sifat dan kadarnya.
c.    Syarat Penpal dan Pembeli
1)               Berakal sehat, orang yang tidak sehat pikirannya atau idiot (bodoh), maka akad jual belinya tidak sah.
2)              Atas kemauan sendiri, artinya jual beli yang tidak ada unsur paksaan.
3)              Sudah dewasa (Baligh), artinya akad jual beli yang dilakukan oleh anak-anak jual belinya tidak sah, kecuali pada hal-hal yang sifatnya sederhana atau sudah menjadi adat kebiasaan. Seperti jual beli es, permen dan Iain-lain.
4)              Keadaan penjual dan pembeli itu bukan orang pemboros terhadap harta, karena keadaan mereka yang demikian itu hartanya pada dasarnya berada pada tanggung jawab walinya.
3.   Jual Beli yang Terlarang
a.   Jual beli yang sah tapi terlarang antara lain:
1)               Jual beli yang harganya diatas/dibawah harga pasar dengan cara menghadang penjual sebelum tiba di pasar.
2)              Membeli barang yang sudah dibeli atau dalam proses tawaran orang lain.
3)              Jual beli barang untuk ditimbun supaya dapat dijual dengan harga mahal di kemudian hari, padahal masyarakat membutuhkannya saat itu. 
4)              Jual beli untuk alat maksiat:
5)               Jual beli dengan cara menipu.
6)              Jual beli yang mengandung riba.
b.   Jual beli terlarang dan tidak sah, yaitu :
1)               Jual beli sperma binatang.
2)              Menjual anak ternak yang masih dalam kandungan induknya.
3)              Menjual    belikan    barang    yang    baru    dibeli    sebelum diserahterimakan kepada pembelinya.
4)              Menjual buah-buahan yang belum nyata buahnya,
B.   Khiyar
Khiyar  ialah   :   memilih  antara  melangsungkan  akad jual  beli  atau
membatalkan atas dasar pertimbangan yang matang dari pihak penjual dan
pembeli.
1.   Jenis-jenis
Khiyar ada 3 macam, yaitu :
a.    Khiyar Majlis, artinya memilih untuk melangsungkan atau
membatalkan akad jual beli sebelum keduannya berpisah dari
tempat akad.
b.    Khiyar Syarat, yaitu khiyar yang dijadikan syarat waktu akad
jual beli, artinya si pembeli atau si penjual boleh memilih antara
meneruskan atau mengurungkan jual belinya selama persyaratan
itu belum dibatalkan setelah mempertimbangkan dalam dua atau
tiga hari.
c.    Khiyar AM, yaitu memilih melangsungkan akad jual beli atau
mengurungkannya bilamana terdapat bukti cacat pada barang.
C.   Musaqah, Muzaraah, Dan Mukhabarah
1.   Musaqah
a.    Pengertian Musaqah
Musaqah merupakan kerja sama antara pemilik kebun atau tanaman dan pengelola atau penggarap untuk memelihara dan merawat kebun atau tanaman dengan perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama dan perjanjian itu disebutkan dalam aqad.
b.    Kukum Musaqah
Hukum musaqah adalah mubah (boleh).
c.    Rukun Musaqah
1.  Pemilik dan penggarap kebun.
2.                Pekerjaan dengan ketentuan yang jelas baik waktu, jenis, dan sifatnya.
3.                Hasil yang diperoleh berupa buah, daun, kayu, atau yang lainnya. Buah, hendaknya ditentukan bagian masing-masing (yang punya kebun dan tukang kebun) misalnya seperdua, sepertiga, atau berapa saja asal berdasarkan kesepakatan keduanya pada waktu akad.
4.                Akad, yaitu ijab qabul baik berbentuk perkataan maupun tulisan.
2.   Mukhabarah
a.    Pengertian Mukhabarah
Mukhabarah adalah kerjasama antara pemilik lahan dengan penggarap sedangkan benihnya dari yang punya tanah . Pada umumnya kerj asama mukhabarah ini dilakukan pada tanaman yang benihnya cukup mahal, seperti cengkeh, pala, vanili, dan Iain-lain. Namun tidak tertutup kemungkinan pada tanaman yang benihnya relatif murah pun dilakukan kerjasama mukhabarah .
b.    Pengertian Muzarah
Muzarah adalah kerjasama antara pemilik lahan dengan penggarap sedangkan benihnya dari penggarap. Pada umumnya kerjasama muzaraah ini dilakukan pada tanaman yang benihnya relatif murah, seperti padi, jagung, kacang, kedelai dan Iain-lain.
D.  Syirkah
1.   Pengertian dan Macam-Macam Syirkah
Syirkah adalah suatu akad dalam bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih dalam bidang modal atau jasa, untuk mendapatkan keuntungan.
2.    Macam-Macam Syirkah
Secara garis besar syirkah dibedakan menjadi dua yaitu:
a.    Syirkah amlak (syirkah kepemilikan) Syirkah amlak ini terwujud
karena wasiat atau kondisi lain yang menyebabkan kepemilikan
suatu aset oleh dua orang atau lebih.
b.     Syirkah uqud (Syirkah kontrak atau kesepakatan), Syirkah uqud ini
terjadi karena kesepakatan dua orang atau lebih kerjasama dalam
syarikat modal untuk usaha, keuntungan dan kerugian ditanggung
bersama. Syirkah uqud dibedakan menjadi empat macam :
1)    Syirkah 'inan (harta).
Syirkah harta adalah akad kerjasama dalam bidang permodalan sehingga terkumpul sejumlah modal yang memadai untuk diniagakan supaya mendapat keuntungan.
2)    Syirkah a’mal (serikat kerja/ syirkah ’abdan)
Syirkah a’mal adalah suatu bentuk kerjasama dua orang atau lebih yang bergerak dalam bidang jasa atau pelayanan pekerjaan dan keuntungan dibagi menurut kesepakatan. Contoh : CV, NP, Firma, Koperasi dan Iain-lain.
3)    Syirkah Muwafadah
Syirkah Muwafadah adalah kontrak kerjasama dua orang atau lebih, dengan syarat kesamaan modal, kerj a, tanggung jawab, beban hutang dan kesamaan laba yang didapat.
4)    Syirkah Wujuh (Syirkah keahlian)
Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi baik serta ahli dalam bisnis.
3.    Rukun dan Syarat Syirkah
Rukun dan syarat syirkah dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Anggota yang berserikat, dengan syarat : baligh, berakal sehat, atas kehendak sendiri dan baligh, dan mengetahui pokok-pokok perjanjian.
b.
Pokok-pokok perjanjian syaratnya :
-     Modal pokok yang dioperasikan harus jelas.
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga harus jelas.
-     Yang disyarikatkan (objeknya) tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat Islam.
c.    Sighat, dengan Syarat: Akad kerjasama harus jelas sesuai dengan perjanjian.


E. Mudharabah dan Murabahah
1. Mudharabah
a.    Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah suatu bentuk kerjasama perniagaan dimana si pemilik modal menyetorkan modalnya kepada pengelola dengan keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan jika mengalami kerugian akan ditanggung oleh si pemilik modal.
b.    Rukun Mudharabah
Rukun mudharabah yaitu:
Adanya pemilik modal dan mudhorib
Adanya modal, kerja dan keuntungan
Adanya shighot yaitu Ijab dan Qobul
c.    Macam-Macam Mudharabah
Secara umum mudharabah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
1)   Mudharabah muthlaqah
Di mana pemilik modal memberikan keleluasaan penuh kepada pengelola (mudharib) untuk mempergunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan. Namun pengelola tetap bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sesuai dengan praktik kebiasaan usaha normal yang sehat.
2)  Mudharabah muqayyadah
Di mana pemilik dana menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola dalam penggunaan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya.
2.   Murabahah
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Hal yang membedakan murabahah dengan jual beli lainnya adalah penjual harus memberitahukan kepada pembeli harga barang pokok yang dijualnya serta jumlah keuntungan yang diperoleh
F.   Salam (Jual Beli Sistem Inden Atau Pesan)
1.     Pengertian Salam
Menurut istilah jual beli model salam yaitu merupakan pembelian barang yang pembayarannya dilunasi di muka, sedangkan penyerahan barang dilakukan di kemudian hari.
2.    Rukun dan Syarat Jual Beli Salam
Dalam jual beli salam, terdapat rukun yang harus dipenuhi, yaitu:
a.    Pembeli (muslam).
b.   Penjual (muslam ilaih).
c.    Modal / uang (ra’sul maal).
d.   Barang (muslam fiih). Barang yang menjadi obyek transaksi harus
telah terspesifikasi secara jelas dan dapat diakui sebagai hutang.
Sedangkan syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut:
a.     Pembayaran dilakukan dimuka (kontan).
b.    Dilakukan pada barang-barang yang memiliki keriteria jelas.
c.     Penyebutan kriteria barang dilakukan saat akad dilangsungkan.
d.    Penentuan tempo penyerahan barang pesanan.
e.     Barang pesanan tersedia pada saat jatuh tempo.
f.     Barang pesanan adalah barang yang pengadaannya dijamin pengusaha




Kerjakan Tugas Berikut ini

Klik link


Selamat Mengerjakan


MUTIARA HIKMAH