AL-QUR’AN-HADIS- KELAS XI
Kompetensi
Inti
KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP SPIRITUAL)
1.
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KOMPETENSI
INTI 2 (SIKAP SOSIAL)
2.
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
KOMPETENSI
INTI 3 (PENGETAHUAN)
3.
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengeta-huan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
KOMPETENSI
INTI 4 (KETERAMPILAN)
4.
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar
1.7 Mengamal kan perintah Allah Swt. Tentang amal shalih dan kerja
sama dalam kebaikan pada aktifitas sehari-hari.
2.7 Mengama lkan sikap disiplin dalam meraih keberhasilan
3.7 Menganalisis Q.S. al Baqarah (2) :148 berbuat kebajikan, Q.S. Fathir
(35): 32 beberapa penyikapan terhadap Al-Qur'an, Q.S. an-Naḥl (16): 97 tentang
balasan amal shalih, dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah tentang anjuran
beramal sesegera mungkin.
4.7.1 Mendemonstrasika hari dalam bentuk lisan atau tulisan dan
hafalan dan terjemahan ayat dan hadis tentang amal shalih
4.7.2 Menyajikan hasil analisis implentasi ayat dan hadis tentang
amal shalih pada aktifitas sehari
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik dapat mendemonstrasikan hafalan QS. al-Baqarah
[2]:148; QS. Fāṭir [35]: 32; QS. an-Naḥl [16]: 97; dan hadis tentang kompetisi dalam
kebaikan.
2. Peserta didik dapat menyebutkan makna mufradat QS. al-Baqarah [2]:148;
QS. Fāṭir [35]: 32; QS. an-Naḥl [16]: 97; dan hadis tentang kompetisi dalam
kebaikan.
3. Peserta didik dapat menganalisis kandungan QS. al-Baqarah
[2]:148; QS. Fāṭir [35]: 32; QS. an-Naḥl [16]: 97; dan hadis tentang kompetisi
dalam kebaikan.
4. Peserta didik dapat menunjukkan perilaku kompetisi dalam
kebaikan.
PRAWACANA
Seorang muslim sejati, harus senantiasa berlomba-lomba dalam ketaatan,
dan selalu bersegera dalam kebaikan. Karena, umur itu pendek dan ajal itu
terbatas. Seorang yang pandai dan berakal, selalu akan bersegera memanfaatkan
momentum sebelum datangnya halangan dan rintangan; sungguh tidaklah sama antara
orang yang bersegera menuju kebaikan dan yang berlambat-lambat, juga antara
yang berlomba-lomba kepada keutamaan dan yang memberatkan diri kepadanya.
Berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan ukhrawi adalah hal yang
terpuji, yang akan bisa memperkaya kehidupan, dan menjadikan seorang muslim
berambisi untuk bisa mengangkat dirinya baik di hadapan Allah. Sedangkan
berlomba-lomba dalam masalah duniawi adalah tercela, karena akan membuat lalai
dari Allah dan akhirat, dan membawa kepada kejelekan dan kemungkaran, serta
mendorong untuk meninggalkan kewajiban,
mengambil yang haram, atau
Ketika kita mengkaji sejarah Islam, kita akan mendapati bahwa
‘Umar bin Khaṭṭāb, selalu menempatkan Abu Bakar sebagai rekan kompetisinya.
‘Umar selalu berusaha untuk bisa lebih unggul dari Abū Bakar dalam amal dan pengorbanan.
Demikianlah para sahabat, dan masih banyak lagi para assalafuṣ-ṣālihīn yang
sangat pantas kita jadikan teladan dalam menapaki kehidupan. Mereka
berkompetisi guna menjadi yang terbaik di hadapan Allah Swt. Di sisi lain, mereka
pun tentu senentiasa bersinergi dalam kebaikan. Bersinergi dalam rangka
mengembangkan dan menyebarkan Islam ke seluruh pelosok bumi. Ternyata menjadi
pribadi kompetitif itu perlu, kompetisi yang sesuai dengan porsinya, kompetisi
dalam kebaikan tentunya.
1. QS. al-Baqarah [2]:148
Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang kandungan QS. al-Baqarah
[2]:148, mari kita baca dengan baik dan benar teks ayatnya sebagai berikut ini:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟
ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا۟ يَأْتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ
ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
a. Latin
wa likulliw wij-hatun huwa muwallīhā
fastabiqul-khairāt, aina mā takụnụ ya`ti bikumullāhu jamī’ā, innallāha ‘alā
kulli syai`ing qadīr
b. Terjemah Ayat
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti
Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu (QS. al-Baqarah [2] :148).
c. Penjelasan Ayat
Dalam menjelaskan ayat ini, Quraish Shihab menyatakan bahwa Allah
Swt. memerintahkan kaum Yahudi untuk berkiblat ke BaitulMaqdīs, dan
umat yang lain melalui Nabi dan Rasulnya untuk menghadap ke arah tertentu.
Namun dalam ayat ini, Allah Swt. memerintahkan umat Islam untuk mengarah ke Kaʻbah dan
berlaku untuk semua umat. Perintah ini sekaligus membatalkan perintah Allah
Swt. Yang sebelumnya, termasuk untuk Nabi Muhammad Saw, yang sebelumnya menghadap
ke selain Kaʻbah pada saat salat. Hal yang penting dalam pengarahan kiblat ini
adalah menghadapkan hati langsung kepada Allah Swt. Dalam ayat ini, Allah Swt.
memerintahkan umat Islam untuk berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan (fastabiqul-khairāt). Menghadap
ke Kiblat (Kaʻbah) bukanlah tujuan, tapi harus dipahami
bahwa umat Islam itu adalah satu. Di mana pun berada. Sebab arah kiblatnya
satu. Makna yang dapat kita ambil dari kandungan ayat ini adalah hendaknya kita
giat bekerja serta berlomba dalam segala bentuk kebaikan, baik salat, bersedekah,
menuntut ilmu, dan amalan positif yang lainnya. Kita harus berkompetisi dalam
melakukan hal-hal yang positif.
Dampak positif yang dihasilkan dari kompetisi dalam kebaikan,
yaitu terciptanya kondisi kehidupan yang dinamis, maju, dan senantiasa bersemangat
untuk berkreasi dan berinovasi.
Ayat ini juga menjelaskan bahwa nanti kelak Allah Swt. Akan mengumpulkan
semua manusia, di manapun dan dari arah manapun mereka berada. Tidak ada
seorang pun yang luput dari pengawasan Allah Swt, yaitu pada saat manusia menjalani
kehidupan di alam akhirat. Mereka akan diperlihatkan semua amal baik atau amal
buruk yang pernah dilakukan pada saat hidup di dunia, dan semua akan mendapat balasan
sesuai dengan amalnya masing-masing.
2. Membaca QS. Fāṭir [35]: 32
Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang kandungan QS. Fāṭir
[35]: 32, mari kita baca dengan baik dan benar teks ayatnya sebagai berikut
ini:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا ٱلْكِتَٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصْطَفَيْنَا مِنْ
عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ
سَابِقٌۢ بِٱلْخَيْرَٰتِ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَضْلُ ٱلْكَبِيرُ
a. Latin
ṡumma auraṡnal-kitāballażīnaṣṭafainā
min ‘ibādinā, fa min-hum ẓālimul linafsih, wa min-hum muqtaṣid, wa min-hum
sābiqum bil-khairāti bi`iżnillāh, żālika huwal-faḍlul-kabīr
b. Terjemah Ayat
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami
pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri
sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar (QS.
Fāṭir [35] : 32).
c. Penjelasan Ayat
Secara umum, ayat ini menerangkan bahwa Allah Swt. Menurunkan al-Qur’an
kepada Rasulullah untuk digunakan sebagai pedoman hidup umatnya. Namun, dalam
realita kehidupan, di antara umat Islam ada berbagai macam sikap dalam
mengambil al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Sikap-sikap mereka ini disebutkan
oleh al-Qur’an Surat Fāṭir ayat
32 berikut ini:
1. Kelompok pertama adalah (mereka yang menzalimi dirinya
sendiri), yaitu orang-orang yang meninggalkan perintah-perintah Allah Swt. dan
mengerjakan larangannya.
2. Kelompok kedua (bersikap pertengahan),
yaitu selain melaksanakan semua kewajiban dan menjauhi segala larangan. Juga
terkadang masih meninggalkan perkara yang disunahkan dan melakukan perkara-perkara
yang dimakruhkan.
3. Kelompok ketiga, yaitu mereka yang bersikap
segera melakukan kebaikan-kebaikan dengan izin Allah Swt. Golongan ini selalu mengerjakan
perbuatan yang diwajibkan dan disunahkan serta menjahui perkara yang diharamkan
dan dimakruhkan. Imam Ar-Razı̄ menafsirkan bahwa ẓālimun
linafsih adalah orang yang lebih banyak kesalahannya, sedangkan muqtaṣid (tengah)
adalah orang yang seimbang antara kesalahan dan kebaikannya. Adapun sābiqun
bil-khairāt adalah orang yang lebih banyak kebaikannya.
3. QS. an-Naḥl [16]: 97
Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang kandungan QS.
anNaḥl [16]: 97, mari kita baca dengan baik dan benar teks ayatnya sebagai berikut
ini:
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ
مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
a. Latin
man ‘amila ṣāliḥam min żakarin au
unṡā wa huwa mu`minun fa lanuḥyiyannahụ ḥayātan ṭayyibah, wa lanajziyannahum
ajrahum bi`aḥsani mā kānụ ya’malụn
b. Terjemah Ayat
Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun
perempuan dalam ke-adaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan (QS. an-Naḥl [16]: 97).
c. Penjelasan Ayat
Pada ayat di atas, Allah Swt. menjanjikan kelak akan memberikan kehidupan
yang sejahtera kepada siapapun, baik laki-laki atau perempuan, apabila mereka
mau beriman dan beramal saleh. Dan balasan Allah Swt. bernilai lebih tinggi
daripada yang dikerjakan. Ada beberapa pendapat ahli tafsir dalam memahami
ungkapan kata ‘ḥayātan toyyiban ‘ di antaranya adalah :
1). Menurut Ibnu Kaṡı̄r bahwa yang disebut dengan ḥayātan
toyyiban adalah ketentraman jiwa.
2). Ibnu Abbas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ḥayātan toyyiban
adalah hidup sejahtera dan bahagia dengan rezeki yang halal dan
baik.
3). Adapun menurut ‘Alı̄bin Abı̄ Ṭālib yang dinamakan ḥayātan
toyyiban adalah kehidupan yang disertai qanā‘ah (menerima
dengan suka hati) terhadap pemberian Allah Swt..
Dalam ayat lain, Allah Swt. berfirman:
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu mena kahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu na
kah-kan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya” (QS. Α li
‘Imrān [3]: 92).
Ayat di atas secara ringkas menyatakan bahwa perbuatan seseorang dapat
diukur sebagai perbuatan yang baik, tatkala ia dapat menafkahkan bagian dari
harta yang dicintainya. Apabila ia bisa mendermakan sebagian harta yang
dicintainya atau barang yang masih disukainya, berarti ia akan memperoleh
kebaikan yang sempurna di hadapan Allah Swt. Hal ini tentunya disertai niat
semata-mata karena Allah Swt.
4. Hadis riwayat Imam Bukhari
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ
يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا
وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
b. Terjemah Hadis
Bercerita kepadaku Yahya bin Ayyub, Qutaybah, dan Ibn Hujr,
semuanya bersumber dari Ismail bin Ja’far dari Ayyub dari Ismail dari al-‘Alla’
dari ayahnya dari Abu Hurayrah, bahwasanya Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Bersegeralah
melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam
yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore
hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di
pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari
keuntungan dunia”.
c. Penjelasan Hadis
Hadis ini berisi perintah untuk bersegera melakukan amalan sholih.
Sebab dikabarkan bahwa kelak akan datang fitnah seperti potongan malam. Artinya
fitnah tersebut tidak terlihat. Nyaris sempurna. Ketika itu manusia tidak tahu
ke manakah mesti berjalan. Ia tidak tahu di manakah tempat keluar. Fitnah di
atas diibaratkan dengan potongan malam yang sekali lagi tidak diketahui.
Sehingga seseorang di pagi hari dalam keadaan beriman dan sore harinya bisa
berada dalam keadaan kafir. Dalam satu hari, bayangkanlah ada yang bisa
demikian. Atau ia di sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi harinya
menjadi orang kafir. Mereka bisa menjadi kafir karena menjual agamanya.
D. Perilaku Orang yang Berkompetisi dalam Kebaikan
Sebelum menerapkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan sebagai
wujud dari implementasi QS. al-Baqarah :148, QS. Fāṭir: 32, QS. an-Naḥl: 97,
dan hadis, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca al-Qur’an setiap
hari. Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dari al-Baqarah
ayat 148 adalah sebagai berikut.
1. Senantiasa giat bekerja dalam segala bentuk kebaikan, berupa salat,
bersedekah, menuntut ilmu, dan amalan-amalan positif yang lain.
2. Selalu meyakini bahwa semua yang kita lakukan dalam pengawasan
Allah Swt. dan kelak dimintai pertanggungjawaban.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dari al-
Fāṭir ayat 32 adalah sebagai berikut.
1. Bertindak tidak menzalimi diri sendiri.
2. Selalu melaksanakan semua perintah Allah Swt. dan meninggalkan larangan-
Nya.
3. Membiasakan diri untuk selalu berlomba dalam kewajiban.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dari QS.
an-Naḥl ayat 97 adalah sebagai berikut.
1. Berusaha untuk hidup sejahtera dengan rezeki yang halal dan
baik.
2. Hidup penuh dengan qanā‘ah menerima
dengan lapang dada segala pemberian Allah Swt.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dari hadis
sebagai berikut.
1. Selalu bersegera untuk bertaubat, meminta ampunan Allah Swt. setelah
melakukan kesalahan.
2. Senantiasa melakukan amal saleh seperti menyambung silaturahim,
bersedekah dan amal kebaikan lainnya.
TUGAS SISWA
Jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Sebagaimana penjelasan di atas, bagaimana menurut saudara
kategori orang yang menzalimi dirinya? Jelaskan!
2. Perhatikan ayat berikut!
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ
مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً
a. Terjemahkan ayat
tersebut ke dalam bahasa Indonesia!
b. Jelaskan maksud ayat
yang bergaris bawah tersebut di atas!
3. Sebutkan contoh perilaku orang yang menerapkan QS. al-Baqarah ayat
148!
4. Jelaskan kandungan QS. Fāṭir ayat 32!
5. Jelaskan kandungan QS. an-Naḥl ayat 97!
Kirimkan jawaban kalian melalui Wapri atau link tugas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar