Jumat, 22 Januari 2021

BAB VII BERKOMPETISI DALAM KEBAIKAN

AL-QUR’AN-HADIS- KELAS XI

Kompetensi Inti

KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP SPIRITUAL)

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KOMPETENSI INTI 2 (SIKAP SOSIAL)

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengeta-huan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

 



Kompetensi Dasar

 

1.7 Mengamal kan perintah Allah Swt. Tentang amal shalih dan kerja sama dalam kebaikan pada aktifitas sehari-hari.

2.7 Mengama lkan sikap disiplin dalam meraih keberhasilan

3.7 Menganalisis Q.S. al Baqarah (2) :148 berbuat kebajikan, Q.S. Fathir (35): 32 beberapa penyikapan terhadap Al-Qur'an, Q.S. an-Naḥl (16): 97 tentang balasan amal shalih, dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah tentang anjuran beramal sesegera mungkin.

4.7.1 Mendemonstrasika hari dalam bentuk lisan atau tulisan dan hafalan dan terjemahan ayat dan hadis tentang amal shalih

4.7.2 Menyajikan hasil analisis implentasi ayat dan hadis tentang amal shalih pada aktifitas sehari

 

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Peserta didik dapat mendemonstrasikan hafalan QS. al-Baqarah [2]:148; QS. Fāṭir [35]: 32; QS. an-Naḥl [16]: 97; dan hadis tentang kompetisi dalam kebaikan.

2. Peserta didik dapat menyebutkan makna mufradat QS. al-Baqarah [2]:148; QS. Fāṭir [35]: 32; QS. an-Naḥl [16]: 97; dan hadis tentang kompetisi dalam kebaikan.

3. Peserta didik dapat menganalisis kandungan QS. al-Baqarah [2]:148; QS. Fāṭir [35]: 32; QS. an-Naḥl [16]: 97; dan hadis tentang kompetisi dalam kebaikan.

4. Peserta didik dapat menunjukkan perilaku kompetisi dalam kebaikan.

 

PRAWACANA

Seorang muslim sejati, harus senantiasa berlomba-lomba dalam ketaatan, dan selalu bersegera dalam kebaikan. Karena, umur itu pendek dan ajal itu terbatas. Seorang yang pandai dan berakal, selalu akan bersegera memanfaatkan momentum sebelum datangnya halangan dan rintangan; sungguh tidaklah sama antara orang yang bersegera menuju kebaikan dan yang berlambat-lambat, juga antara yang berlomba-lomba kepada keutamaan dan yang memberatkan diri kepadanya.

Berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan ukhrawi adalah hal yang terpuji, yang akan bisa memperkaya kehidupan, dan menjadikan seorang muslim berambisi untuk bisa mengangkat dirinya baik di hadapan Allah. Sedangkan berlomba-lomba dalam masalah duniawi adalah tercela, karena akan membuat lalai dari Allah dan akhirat, dan membawa kepada kejelekan dan kemungkaran, serta mendorong untuk meninggalkan kewajiban,
mengambil yang haram, atau

Ketika kita mengkaji sejarah Islam, kita akan mendapati bahwa ‘Umar bin Khaṭṭāb, selalu menempatkan Abu Bakar sebagai rekan kompetisinya. ‘Umar selalu berusaha untuk bisa lebih unggul dari Abū Bakar dalam amal dan pengorbanan. Demikianlah para sahabat, dan masih banyak lagi para assalafuṣ-ṣālihīn yang sangat pantas kita jadikan teladan dalam menapaki kehidupan. Mereka berkompetisi guna menjadi yang terbaik di hadapan Allah Swt. Di sisi lain, mereka pun tentu senentiasa bersinergi dalam kebaikan. Bersinergi dalam rangka mengembangkan dan menyebarkan Islam ke seluruh pelosok bumi. Ternyata menjadi pribadi kompetitif itu perlu, kompetisi yang sesuai dengan porsinya, kompetisi dalam kebaikan tentunya.

 

 

 

1. QS. al-Baqarah [2]:148

Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang kandungan QS. al-Baqarah [2]:148, mari kita baca dengan baik dan benar teks ayatnya sebagai berikut ini:

 

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا۟ يَأْتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

 

a. Latin

 

wa likulliw wij-hatun huwa muwallīhā fastabiqul-khairāt, aina mā takụnụ ya`ti bikumullāhu jamī’ā, innallāha ‘alā kulli syai`ing qadīr

 

b. Terjemah Ayat

Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu (QS. al-Baqarah [2] :148).

 

c. Penjelasan Ayat

Dalam menjelaskan ayat ini, Quraish Shihab menyatakan bahwa Allah Swt. memerintahkan kaum Yahudi untuk berkiblat ke BaitulMaqdīs, dan umat yang lain melalui Nabi dan Rasulnya untuk menghadap ke arah tertentu. Namun dalam ayat ini, Allah Swt. memerintahkan umat Islam untuk mengarah ke Kaʻbah dan berlaku untuk semua umat. Perintah ini sekaligus membatalkan perintah Allah Swt. Yang sebelumnya, termasuk untuk Nabi Muhammad Saw, yang sebelumnya menghadap ke selain Kaʻbah pada saat salat. Hal yang penting dalam pengarahan kiblat ini adalah menghadapkan hati langsung kepada Allah Swt. Dalam ayat ini, Allah Swt. memerintahkan umat Islam untuk berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan (fastabiqul-khairāt). Menghadap ke Kiblat (Kaʻbah) bukanlah tujuan, tapi harus dipahami
bahwa umat Islam itu adalah satu. Di mana pun berada. Sebab arah kiblatnya satu. Makna yang dapat kita ambil dari kandungan ayat ini adalah hendaknya kita giat bekerja serta berlomba dalam segala bentuk kebaikan, baik salat, bersedekah, menuntut ilmu, dan amalan positif yang lainnya. Kita harus berkompetisi dalam melakukan hal-hal yang positif.

Dampak positif yang dihasilkan dari kompetisi dalam kebaikan, yaitu terciptanya kondisi kehidupan yang dinamis, maju, dan senantiasa bersemangat untuk berkreasi dan berinovasi.

Ayat ini juga menjelaskan bahwa nanti kelak Allah Swt. Akan mengumpulkan semua manusia, di manapun dan dari arah manapun mereka berada. Tidak ada seorang pun yang luput dari pengawasan Allah Swt, yaitu pada saat manusia menjalani kehidupan di alam akhirat. Mereka akan diperlihatkan semua amal baik atau amal buruk yang pernah dilakukan pada saat hidup di dunia, dan semua akan mendapat balasan sesuai dengan amalnya masing-masing.

 

2. Membaca QS. Fāṭir [35]: 32

Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang kandungan QS. Fāṭir [35]: 32, mari kita baca dengan baik dan benar teks ayatnya sebagai berikut ini:

 

ثُمَّ أَوْرَثْنَا ٱلْكِتَٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِٱلْخَيْرَٰتِ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَضْلُ ٱلْكَبِيرُ

 

a. Latin

 

ṡumma auraṡnal-kitāballażīnaṣṭafainā min ‘ibādinā, fa min-hum ẓālimul linafsih, wa min-hum muqtaṣid, wa min-hum sābiqum bil-khairāti bi`iżnillāh, żālika huwal-faḍlul-kabīr

 

b. Terjemah Ayat

Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar (QS. Fāṭir [35] : 32).

 

c. Penjelasan Ayat

Secara umum, ayat ini menerangkan bahwa Allah Swt. Menurunkan al-Qur’an kepada Rasulullah untuk digunakan sebagai pedoman hidup umatnya. Namun, dalam realita kehidupan, di antara umat Islam ada berbagai macam sikap dalam mengambil al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Sikap-sikap mereka ini disebutkan oleh al-Qur’an Surat Fāṭir ayat
32 berikut ini:

1. Kelompok pertama adalah (mereka yang menzalimi dirinya sendiri), yaitu orang-orang yang meninggalkan perintah-perintah Allah Swt. dan mengerjakan larangannya.

2. Kelompok kedua (bersikap pertengahan), yaitu selain melaksanakan semua kewajiban dan menjauhi segala larangan. Juga terkadang masih meninggalkan perkara yang disunahkan dan melakukan perkara-perkara yang dimakruhkan.

3. Kelompok ketiga, yaitu mereka yang bersikap segera melakukan kebaikan-kebaikan dengan izin Allah Swt. Golongan ini selalu mengerjakan perbuatan yang diwajibkan dan disunahkan serta menjahui perkara yang diharamkan dan dimakruhkan. Imam Ar-Razı̄ menafsirkan bahwa ẓālimun linafsih adalah orang yang lebih banyak kesalahannya, sedangkan muqtaṣid (tengah) adalah orang yang seimbang antara kesalahan dan kebaikannya. Adapun sābiqun bil-khairāt adalah orang yang lebih banyak kebaikannya.

 

3. QS. an-Naḥl [16]: 97

Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang kandungan QS. anNaḥl [16]: 97, mari kita baca dengan baik dan benar teks ayatnya sebagai berikut ini:

 

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

 

a. Latin

 

man ‘amila ṣāliḥam min żakarin au unṡā wa huwa mu`minun fa lanuḥyiyannahụ ḥayātan ṭayyibah, wa lanajziyannahum ajrahum bi`aḥsani mā kānụ ya’malụn

 

b. Terjemah Ayat

Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam ke-adaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS. an-Naḥl [16]: 97).

 

c. Penjelasan Ayat

Pada ayat di atas, Allah Swt. menjanjikan kelak akan memberikan kehidupan yang sejahtera kepada siapapun, baik laki-laki atau perempuan, apabila mereka mau beriman dan beramal saleh. Dan balasan Allah Swt. bernilai lebih tinggi daripada yang dikerjakan. Ada beberapa pendapat ahli tafsir dalam memahami ungkapan kata ‘ḥayātan toyyiban ‘ di antaranya adalah :

1). Menurut Ibnu Kaṡı̄r bahwa yang disebut dengan ḥayātan toyyiban adalah ketentraman jiwa.

2). Ibnu Abbas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ḥayātan toyyiban adalah hidup sejahtera dan bahagia dengan rezeki yang halal dan baik.

3). Adapun menurut ‘Alı̄bin Abı̄ Ṭālib yang dinamakan ḥayātan toyyiban adalah kehidupan yang disertai qanā‘ah (menerima dengan suka hati) terhadap pemberian Allah Swt..

 

Dalam ayat lain, Allah Swt. berfirman:

 

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu mena kahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu na kah-kan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya” (QS. Α li ‘Imrān [3]: 92).

 

Ayat di atas secara ringkas menyatakan bahwa perbuatan seseorang dapat diukur sebagai perbuatan yang baik, tatkala ia dapat menafkahkan bagian dari harta yang dicintainya. Apabila ia bisa mendermakan sebagian harta yang dicintainya atau barang yang masih disukainya, berarti ia akan memperoleh kebaikan yang sempurna di hadapan Allah Swt. Hal ini tentunya disertai niat semata-mata karena Allah Swt.

 

4. Hadis riwayat Imam Bukhari

 

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

 

b. Terjemah Hadis

Bercerita kepadaku Yahya bin Ayyub, Qutaybah, dan Ibn Hujr, semuanya bersumber dari Ismail bin Ja’far dari Ayyub dari Ismail dari al-‘Alla’ dari ayahnya dari Abu Hurayrah, bahwasanya Nabi Muhammad Saw. bersabda: Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia”.

 

c. Penjelasan Hadis

 

Hadis ini berisi perintah untuk bersegera melakukan amalan sholih. Sebab dikabarkan bahwa kelak akan datang fitnah seperti potongan malam. Artinya fitnah tersebut tidak terlihat. Nyaris sempurna. Ketika itu manusia tidak tahu ke manakah mesti berjalan. Ia tidak tahu di manakah tempat keluar. Fitnah di atas diibaratkan dengan potongan malam yang sekali lagi tidak diketahui. Sehingga seseorang di pagi hari dalam keadaan beriman dan sore harinya bisa berada dalam keadaan kafir. Dalam satu hari, bayangkanlah ada yang bisa demikian. Atau ia di sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi harinya menjadi orang kafir. Mereka bisa menjadi kafir karena menjual agamanya.

 

D. Perilaku Orang yang Berkompetisi dalam Kebaikan

Sebelum menerapkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan sebagai wujud dari implementasi QS. al-Baqarah :148, QS. Fāṭir: 32, QS. an-Naḥl: 97, dan hadis, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca al-Qur’an setiap hari. Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dari al-Baqarah ayat 148 adalah sebagai berikut.

 

1. Senantiasa giat bekerja dalam segala bentuk kebaikan, berupa salat, bersedekah, menuntut ilmu, dan amalan-amalan positif yang lain.

2. Selalu meyakini bahwa semua yang kita lakukan dalam pengawasan Allah Swt. dan kelak dimintai pertanggungjawaban.

 

Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dari al- Fāṭir ayat 32 adalah sebagai berikut.

1. Bertindak tidak menzalimi diri sendiri.

2. Selalu melaksanakan semua perintah Allah Swt. dan meninggalkan larangan- Nya.

3. Membiasakan diri untuk selalu berlomba dalam kewajiban.

 

Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dari QS. an-Naḥl ayat 97 adalah sebagai berikut.

1. Berusaha untuk hidup sejahtera dengan rezeki yang halal dan baik.

2. Hidup penuh dengan qanā‘ah menerima dengan lapang dada segala pemberian Allah Swt.

Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dari hadis sebagai berikut.

1. Selalu bersegera untuk bertaubat, meminta ampunan Allah Swt. setelah melakukan kesalahan.

2. Senantiasa melakukan amal saleh seperti menyambung silaturahim, bersedekah dan amal kebaikan lainnya.

 

TUGAS SISWA

 

Jawablah pertanyaan berikut ini!

1. Sebagaimana penjelasan di atas, bagaimana menurut saudara kategori orang yang menzalimi dirinya? Jelaskan!

2. Perhatikan ayat berikut!

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً

a. Terjemahkan ayat tersebut ke dalam bahasa Indonesia!

b. Jelaskan maksud ayat yang bergaris bawah tersebut di atas!

3. Sebutkan contoh perilaku orang yang menerapkan QS. al-Baqarah ayat 148!

4. Jelaskan kandungan QS. Fāṭir ayat 32!

5. Jelaskan kandungan QS. an-Naḥl ayat 97!

 

Kirimkan jawaban kalian melalui Wapri atau link tugas

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUTIARA HIKMAH