BAB II
HORMAT DAN PATUH KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN GURU
KOMPETENSI INTI (KI)
Kompetensi Inti 1 (Sikap Spiritual)
a. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Kompetensi Inti 2 (Sikap Sosial)
b. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan)
c. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
d. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
KOMPETENSI DASAR
1.2. Menghayati perintah Allah Swt. Tentang
hormat dan patuh kepada kedua orang tua dan guru
2.2.
Mengamalkan sikap santun dan peduli kepada kedua orang
tua, guru dan masyarakat
3.2.
Menganalisis QS. al-Isrā’ [17]: 23 – 24 dan QS. Luqmān
[31]: 13-17 tentang sikap kepada kedua orang tua dan hadis riwayat Muslim dari
Abu Hurairah tentang berbakti kepada kedua orang tua: dan hadis riwayat Bukhari
Muslim dari Abdullah bin Amr tentang keutamaan merawat kedua orang tua:
4.2.1.
Mendemonstrasikan hafalan dan terjemahan ayat dan
hadis tentang hormat kepada orang tua dan guru.
4.2.2. Menyajikan
hasil analisis ayat-ayat dan hadis tentang berbakti kepada orang tua dengan fenomena
social pada remaja masa kini.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1.
Peserta didik dapat menghayati ayat al-Qur’an dan hadis tentang
perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
sesuai yang terkandung dalam QS. al-Isrā’ [17]: 23–24; QS. Luqmān
[31]: 13-17;
2.
Peserta didik dapat mengamalkan sikap santun dan peduli kepada
kedua orang tua, guru dan masyarakat.
3.
Peserta didik dapat menganalisis kandungan QS. al-Isrā’ [17]: 23 –
24; QS. Luqmān [31]: 13-17; dan hadis tentang perilaku hormat dan patuh kepada
orang tua dan guru.
4.
Peserta didik dapat menunjukkan perilaku hormat dan patuh kepada
orang tua
dan guru.
PETA
KONSEP
A.
Mari Merenungkan
Istilah orang tua
mencakup tiga komponen. Pertama adalah orang yang menyebabkan kita lahir, yaitu ayah dan ibu. Kedua adalah
orang yang mengajari kita berbagai ilmu
pengetahuan, yaitu para guru, baik yang mengajari saat kita masih kecil ataupun waktu dewasa. Biasanya guru disebut
orang tua rohani. Ketiga adalah orang yang menyebabkan pasangan kita lahir,
yaitu bapak dan ibu mertua. Ketiga cakupan
untuk istilah orang tua itu, wajib kita hormati karena jasa-jasanya yang sangat besar.
Terdapat banyak
kisah nyata tentang kesuksesan orang lantaran perilaku
hormat dan taat kepada orang tua.
Sebaliknya, tidak sedikit kisah nyata tentang kegagalan dan kesengsaraan orang dikarenakan
perilaku durhaka kepada orang tua.
Sebagai seorang
muslim, tentu kita tidak menginginkan untuk gagal dan sengsara di dunia terlebih lagi di akhirat.
Kita selalu berdoa dan menginginkan untuk
dapat berbahagia di dunia dan akhirat. Kita harus menghormati, menaati, dan berbakti kepada orang tua.
Orang tua bukan hanya
orang yang melahirkan kita, tetapi juga orang yang mendidik kita, guru-guru kita, dan orang yang anaknya kita
nikahi, mertua kita kelak ketika sudah
menikah.
B.
Mari Mengamati
C.
Mari Memahami
1.
QS. al-Isrā’ [17]: 23 – 24
Sebelum kita memahami secara lebih
mendalam tentang kandungan dari QS. al-Isrā’
[17]: 23-24, mari kita baca dengan baik dan benar teks ayatnya berikut ini:
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا
أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا
وَاخْفِضْ
لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا
رَبَّيَانِي صَغِيرًا
a)
Terjemah Ayat
Dan
Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika
salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah eng-kau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik (QS. al-Isrā’[17]: 23 ).
Dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih saying dan ucapkanlah, ”Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku pada waktu kecil (QS.
al-Isrā’ [17]: 24)
b)
Analisis QS. al-Isrā’ [17]: 23 – 24
Ibnu
Kaṡı̄r menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk menyembah Allah semata. Allah juga
memerintahkan kita untuk berbuat baik
kepada ibu-bapak, dan melarang kita mengeluarkan katakata yang buruk kepada
keduanya, sehingga kata-kata “ah” pun, yang merupakan kata-kata buruk yang paling ringan, tidak diperbolehkan.
Dan melarang kita bersikap buruk kepada
mereka dengan ungkapan, “Dan janganlah
kamu membentak mereka”, yaitu jangan kamu
menolakkan tangan kepada keduanya.
Setelah
melarang mengeluarkan perkataan jelek dan melakukan perbuatan buruk terhadap kedua orang tua, Allah Swt.
memerintahkan kita untuk berbuat baik,
bertutur sapa baik, dan berlaku sopan santun kepada kedua orang tua dengan rasa penuh hormat dan
memuliakannya.
Sementara
itu, Quraisy Shihab, menyatakan bahwa ayat-ayat di atas memberi tuntunan kepada kita agar berbakti kepada kedua
orang tua secara bertahap. Dimulai dengan, janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”. Lalu
dilanjutkan dengan adanya keharusan mengucapkan kata-kata yang mulia. Ini lebih tinggi tingkatannya dari tuntunan
yang pertama karena mengandung pesan
atas penghormatan dan pengagungan melalui ucapan.
Selanjutnya
meningkat lagi dengan perintah untuk berperilaku yang
menggambarkan kasih sayang sekaligus kerendahan hati di hadapan kedua orang tua. Perilaku yang lahir dari rasa
kasih sayang akan bisa menjadikan mata sang anak
tidak lepas dari orang tua. Sang anak selalu memperhatikan dan memenuhi keinginan orang tuanya. Akhirnya sang
anak dituntut untuk mendoakan orang tua
sambil mengingat jasa-jasa mereka terlebih di saat masih
kecil.
Dengan
demikian, bisa dikatakan bahwa surat al-Isrā’ ayat 23-24 memuat konsep pendidikan berkarakter, yaitu sistem
pendidikan yang utuh dan paripurna. Di mana,
yang pertama harus dilakukan adalah melaksanakan perintah Allah Swt. untuk hanya mau menyembah Allah semata. Tidak menduakan-Nya. Setelah itu, adanya keharusan untuk
melaksanakan iḥsān (bakti) kepada kedua
orang tua, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Swt. dengan cara bersikap baik dan sopan kepada
keduanya, baik dalam ucapan maupun perbuatan,
sesuai dengan yang semestinya, sehingga mereka merasa senang terhadap kita, dan mencukupi semua kebutuhan mereka secara wajar sesuai dengan kemampuan kita (sebagai
anak).
Tugas
Siswa
Pertemuan
I
BAB
II
1.
Bacalah surat Al-Isra’ 23-24 beserta artinya!
2.
Bahasakan dengan kromo inggil (Jawa Halus) pada
Bapak/Ibu ketika kalian,
a.
Izin belajar kerumah teman sampai malam!
b.
Meminta uang beli paket internet untuk belajar online!
c.
Ketika tidak diperbolehkan untuk bermain keluar
rumah!
Jawaban:
Tulis Nama:
Kelas:
Kirim Jawaban anda!
Langsung melalui Voice WApri
PERTEMUAN II
BAB II
Sabtu, 15 Agustus 2020
1.
QS. Luqmān [31]: 13 – 17
a. Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang kandungan dari QS. Luqmān [31]: 13 –17, mari kita baca dengan baik dan benar teks ayat dan artinya berikut ini:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
wa iż qāla luqmānu libnihī wa huwa ya'iẓuhụ yā bunayya lā tusyrik billāh, innasy-syirka laẓulmun 'aẓīm
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
wa waṣṣainal-insāna biwālidaīh, ḥamalat-hu ummuhụ wahnan 'alā wahniw wa fiṣāluhụ fī 'āmaini anisykur lī wa liwālidaīk, ilayyal-maṣīr
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
وَإِن جَٰهَدَاكَ عَلَىٰٓ أَن تُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِى ٱلدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَٱتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ۚ ثُمَّ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
wa in jāhadāka 'alā an tusyrika bī mā laisa laka bihī 'ilmun fa lā tuṭi'humā wa ṣāḥib-humā fid-dun-yā ma'rụfaw wattabi' sabīla man anāba ilayy, ṡumma ilayya marji'ukum fa unabbi`ukum bimā kuntum ta'malụn
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
يَٰبُنَىَّ إِنَّهَآ إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِى صَخْرَةٍ أَوْ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ أَوْ فِى ٱلْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا ٱللَّهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
yā bunayya innahā in taku miṡqāla ḥabbatim min khardalin fa takun fī ṣakhratin au fis-samāwāti au fil-arḍi ya`ti bihallāh, innallāha laṭīfun khabīr
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
يَٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱنْهَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ
yā bunayya aqimiṣ-ṣalāta wa`mur bil-ma'rụfi wan-ha 'anil-mungkari waṣbir 'alā mā aṣābak, inna żālika min 'azmil-umụr
17. Hai anakku, dirikanlah shalat
dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
b.
Analisis QS. Luqmān [31]: 13 – 17
Ayat 13 menjelaskan
bahwa syarat untuk mendidik anak hendaknya dilandasi dengan lemah lembut dan
kasih sayang. Kata ya’iẓuhu diambil dari kata wa’ẓ yang bermakna
nasihat yang meyangkut berbagai kebajikan dengan cara menyentuh hati, dengan
penyampaian yang lemah lembut, tidak membentak, dan panggilan sayang kepada
anak. Kata bunayya juga mengisyaratkan kasih sayang. Hal ini tentunya
juga berlaku kepada para guru dalam mendidik para peserta didiknya.
Dalam ayat 14, Allah
menggambarkan kesusahan seorang ibu dalam merawat anaknya, luar bisa. Dan
penggambaran jasa ibu yang sedemikian luar biasa ini, dikarenakan peranan ibu
lebih berat dari ayah, mulai dari proses mengandung, hingga melahirkan,
menyapih, dan merawatnya. Kata wahnan berarti kelemahan atau kerapuhan,
yaitu ibu dalam kondisi sangat lemah saat mengandung anaknya.
Ayat 15 menjelaskan
tentang larangan untuk taat kepada orang tua dalam hal mendurhakai Allah Swt.
dan nasihat Luqman kepada anaknya tentang menolak segala bentuk kemusyrikan di
manapun mereka berada. Ayat ini sekaligus juga memberitahu bahwa mempergauli
keduanya dengan baik hanya terkait dalam urusan dunia, bukan keagamaan. Seperti
halnya Nabi Ibrahim As. yang tetap berlaku santun kepada bapaknya sekalipun
pembuat berhala, namun Nabi Ibrahim tidak sependapat dalam hal akidah dengan
ayahnya.
Pada ayat 16, terdapat kata
laṭīf, yang memiliki arti lembut, halus, atau kecil. Dari makna ini,
muncul makna ‘ketersembunyian’ dan ‘ketelitian’. Imam al-Gazālı̄ menjelaskan
bahwa yang berhak menyandang sifat ini hanyalah Allah Swt. Dialah yang
mengetahui perincian semua kemashlahatan dan seluk beluk rahasianya. Karena
Allah Swt. Selalu menghendaki kemaslahatan untuk makhluk-Nya. Ayat ini juga
tegas menggambarkan atas kekuasaan Allah Swt. dalam menghitung amal manusia
betapapun sedikitnya.
Ayat 17 menjelaskan
tentang adanya perintah amar-ma’rūf nahī- munkar, yang puncak dan
pangkalnya adalah shalat, serta amal kebaikan yang tercermin adalah buah dari shalat
yang dilaksanakan dengan benar. Kata ‘azm dari segi bahasa berarti
kekuatan hati atau tekad.
2.
Hadits
Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang
kandungan hadis Nabi, marilah kita baca dengan baik dan benar hadis riwayat
Imam Muslim, juga hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim berikut ini:
a. Riwayat Muslim
حَدَّثَنَا
شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلْ الْجَنَّةَ
b. Riwayat Bukhori dan Muslim
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ سُفْيَانَ وَشُعْبَةَ قَالَا حَدَّثَنَا حَبِيبٌ قَالَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبٍ عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُجَاهِدُ قَالَ لَكَ أَبَوَانِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ
1)
Terjemah Hadis I
Kami diceritakan oleh Syaiban bin Farukh dari Abu
‘Awanah dari Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad Saw. Dari
Abū Hurairah dari Nabi Muhammad Saw., beliau : “Dia celaka! Dia celaka! Dia
celaka!” lalu beliau ditanya; “Siapakah yang celaka, ya Rasūlullāh ?” Jawab Nabi
: “Ba-rang siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau
salah satu dari keduanya (namun ia tidak berbakti kepadanya dengan
sebaik-baiknya), maka dia tidak akan masuk surga.” (HR. Muslim).
Terjemah Hadis II
Aku mendengar ‘Abdullā h bin ‘Amr Ra. berkata : “Seorang laki-laki dating kepada
Nabi, lalu meminta izin untuk ikut berjihad. Maka beliau bertanya: “Apakah
kedua orang tuamu masih hidup?” Laki-laki itu menjawab: “Iya”. Maka beliau
berkata: “Kepada keduanyalah kamu berjihad (berbakti)”
(HR. Bukhari dan Muslim).
c.
Analisis Hadits
Hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim tersebut menjelaskan bahwa seseorang akan celaka ketika tidak
berbakti kepada orang tua. Kata “Dia celaka” diulang oleh Rasulullah
sebanyak tiga kali, yang menunjukkan bahwa celaka akan benar-benar terjadi
kepada seseorang yang tidak berbakti kepada orang tua. Hal ini juga menunjukkan
betapa pentingnya berbakti kepada kedua orang tua, terlebih lagi ketika kedua
orang tua atau salah satu dari mereka masih
hidup.
Adapun hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim menjelaskan bahwa berbakti kepada kedua orang tua memiliki nilai pahala yang sangat besar. Bahkan nilai pahala berbakti kepada kedua orang tua oleh Rasulullah disamakan dengan nilai pahala jihad, berperang, dan melawan kaum kafir.
3.
Perilaku Orang yang Menghormati dan Mematuhi Orang dan Guru
Sebelum menerapkan
perilaku menghormati dan mematuhi orang tua dan guru sebagai implementasi dari
QS. al-Isrā’ [17]: 23-24; QS. Luqmān [31]: 13-17; dan hadis Nabi, terlebih
dahulu kalian harus membiasakan membaca Al-Qur’an
setiap hari.
Sikap dan perilaku yang
bisa diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan QS. al-Isrā’ [17]: 23-24
sebagai berikut.
a.
Selalu beribadah kepada Allah Swt. dan tidak menyekutukan-Nya.
b.
Membiasakan berbuat baik (iḥsān) kepada kedua orang tua.
c.
Membiasakan untuk tidak berkata-kata buruk kepada kedua orang tua.
d.
Selalu bersikap baik dan berlaku sopan santun kepada kedua orang
tua dengan rasa penuh hormat dan memuliakannya.
e.
Selalu mendoakan orang tua sebagai ungkapan terima kasih anak.
Sikap dan perilaku yang bisa diterapkan sebagai
penghayatan dan pengamalan QS. Luqmān [31]: 13-17 sebagai berikut.
a.
Selalu mengesakan Allah
Swt. dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun
b.
Selalu berbuat baik kepada kedua orang tua, terutama ibu, karena
ia telah mengandung kita dalam kepayahan, melahirkan, merawat dan mendidik kita
sebagai ungkapan terima kasih kepada mereka.
c.
Membiasakan diri untuk berbuat baik dan menaati orang tua
sepanjang tidak untuk berbuat maksiat kepada Allah dan menyekutukan-Nya.
d.
Selalu berbuat baik, karena sekecil apapun perbuatan kita, baik
maupun jelek, pasti akan mendapat balasan dari Allah Swt.
e.
Senantiasa menjalankan salat, amar-ma’rūf nahī-munkar,
dan bersabar.
Sikap dan perilaku yang bisa diterapkan sebagai
penghayatan dan pengamalan hadis Nabi sebagai berikut:
a.
Selalu berbakti kepada orang tua terutama ketika mereka masih
hidup, jika sudah tiadapun kita harus senantiasa mendo’akan mereka.
b.
Senantiasa berbakti kepada kedua orang tua karena nilai
kebaikannya di sisi Allah Swt. disejajarkan dengan jihad.
Selain berbakti kepada orang tua, kita juga
berkewajiban bersikap hormat dan patuh kepada guru. Kenapa kita harus patuh
kepada bapak atau ibu guru? Jasa guru sangat besar bagi murid dan masyarakat,
bahkan bagi kemajuan bangsa dan negara. Kita tidak akan menjadi pintar tanpa
adanya bimbingan guru. Lebih dari itu, tugas guru tidak hanya memberikan
pengajaran dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan kepada para muridnya,
tetapi juga bertugas mendidik mereka, agar menjadi manusia yang baik, sehat
jasmani dan rohani. Dan kelak diharapkan agar mereka menjadi warga negara yang
baik, luhur budinya, cinta kepada tanah air dan bangsanya
Guru merupakan orang tua kedua karena mendidik
murid-muridnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Sebagaimana wajib
hukumnya untuk mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para
guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syari’at ajaran agama
dan negara.
Untuk lebih mengingat dalil tentang menghormati dan
mematuhi orang tua dan guru, kalian harus menghafal surat al-Isrā’[17]: 23-24;
surat Luqmān [31]: 13-17; dan hadis dengan baik dan benar.
Tugas
Siswa
Pertemuan
II
BAB
II
1.
Bacalah surat Luqman 12-17 beserta artinya
dengan benar!
2.
Bacalah hadits tentang hormat dan patuh kepada
orang tua dan guru beserta artinya dengan benar!
3.
Berikan alasanmu mengapa kita diwajibkan hormat
dan patuh kepada orang tua dan guru?
Jawaban:
Tulis Nama:
Kelas:
Kirim Jawaban anda!
Langsung melalui WAPRI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar