Jumat, 29 Januari 2021

BAB VIII ETOS KERJA PRIBADI MUSLIM


KOMPETENSI INTI

KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP SPIRITUAL)

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KOMPETENSI INTI 2 (SIKAP SOSIAL)

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengeta-huan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

 

146 AL-QUR’AN-HADIS- KELAS XL-QUR’AN-HADIS- KELAS XI 147
KOMPETENSI DASAR

1.8 Mengamalkan perintah Allah Swt. Tentang etos kerja pribadi muslim dalam kehidupan sehari hari

2.8 Mengamalkan sikap semangat dan optimis dalam meraih keberhasilan

3.8 Menganalisis QS. Al Jumu‘ah [62]: 9-11 tentang beribadah dan berusaha, QS. al-Qaṣaṣ [28]: 77 tentang kehidupan dunia dan akhirat, hadis riwayat Ibnu Majah dari Miqdam bin Ma’dikarib tentang kemandirian: dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Hisyam bin Urwah tentang keutamaan bekerja:

4.8.1 Mendemonstrasikan hafalan dan terjemahan ayat dan hadis tentang etos kerja pribadi muslim
4.8.2 Menyajikan keterkaitan ayat dan hadis tentang etos kerja dengan fenomena kedisiplinan dan ketidakisiplinan dalam masyarakat serta keterkaitan gerakan revolusi mental di Indonesia



TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Peserta didik dapat mendemosntrasikan hafalan QS. al-Jumu‘ah [62]: 9-11; QS. al-Qaṣaṣ [28]: 77; dan hadis tentang etos kerja.

2. Peserta didik dapat menyebutkan makna mufradat QS. al-Jumu‘ah [62]: 9-11; QS. al-Qaṣaṣ [28]: 77; dan hadis tentang etos kerja.

3. Peserta didik dapat menganalisis kandungan QS. al-Jumu‘ah [62]: 9-11; QS. al-Qaṣaṣ [28]: 77; dan hadis tentang etos kerja.

4. Peserta didik dapat menunjukkan perilaku etos kerja dalam kehidupan sehari-hari.


PETA KONSEP




 

 

PRAWACANA

Agama Islam merupakan agama yang universal, agama yang mengatur segala aspek kehidupan, di mana ajarannya menganjurkan umatnya untuk bekerja. Hal ini mengandung arti untuk bisa merealisasikan fungsi kehambaan kepada Allah Swt. dan menempuh jalan menuju ridho-Nya, mengangkat harga diri, meningkatkan taraf hidup, dan memberi manfaat kepada sesama, bahkan kepada makhluk lain. Etos kerja pribadi muslim adalah sikap kepribadian yang menciptakan pengertian bahwasannya bekerja bukan hanya untuk mencari kekayaan duniawi, untuk kemuliaan diri sendiri. Melainkan sebagai manifestasi amal soleh sehingga dapat memompakan semangat bekerja keras dan tujuan daru
bekerja adalah menunaikan amanah. Hal ini tentu akan dapat meninggikan derajat mereka di hadapan Allah Swt.

Oleh karena itu, Islam sangat mendorong umatnya untuk bekerja keras, karena pada dasarnya kehidupan tidak akan terjadi dua kali, sehingga apabila mereka menyia-siakan waktu, mereka akan tergolong menjadi orang-orang yang merugi. Hendaknya dalam hidup yang hanya sekali ini, mereka benarbenar bisa memanfaatkan waktu mereka. Sekaligus untuk menguji orang mukmin siapakah diantara mereka yang paling rajin dan tekun dalam
bekerja.

 

AL-QUR’AN-HADIS- KELAS XI 151
1. QS. al-Jumu‘ah [62]: 9-11

Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang kandungan QS. alJumu‘ah [62]: 9 11, mari kita baca dengan baik dan benar teks ayatnya sebagai berikut ini:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

 

فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

 

وَإِذَا رَأَوْا۟ تِجَٰرَةً أَوْ لَهْوًا ٱنفَضُّوٓا۟ إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَآئِمًا ۚ قُلْ مَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌ مِّنَ ٱللَّهْوِ وَمِنَ ٱلتِّجَٰرَةِ ۚ وَٱللَّهُ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ


 

a. Latin

yā ayyuhallażīna āmanū iżā nụdiya liṣ-ṣalāti miy yaumil-jumu’ati fas’au ilā żikrillāhi wa żarul baī’, żālikum khairul lakum ing kuntum ta’lamụn

 

fa iżā quḍiyatiṣ-ṣalātu fantasyirụ fil-arḍi wabtagụ min faḍlillāhi ważkurullāha kaṡīral la’allakum tufliḥụn

 

wa iżā ra`au tijāratan au lahwaninfaḍḍū ilaihā wa tarakụka qā`imā, qul mā ‘indallāhi khairum minal-lahwi wa minat-tijārah, wallāhu khairur-rāziqīn

 

 

b. Terjemah Ayat

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jum’at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (QS. al-Jumu’ah [62]: 9). Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung (QS. al-Jumu’ah [62]:10).

Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah, ”Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik (QS. al-Jumu’ah [62]: 11).

 

c. Penjelasan Ayat

QS. al-Jumu’ah ayat 9 ini berkenaan dengan seruan dari Allah Swt. kepada orang-orang yang beriman agar mendirikan salat Jum’at. Kata seruan pada ayat di atas, sebenarnya dapat dipahami tidak hanya sebatas azan yang dikumandangkan oleh muazin pada hari Jum’at, tetapi seruan dari Allah Swt. Sebab jika diartikan secara sempit, maka akan banyak sekali umat Islam yang dijumpai terlambat melaksanakan salat Jum’at. Padahal para sahabat selalu datang ke masjid untuk melaksanakan salat Jum’at sebelum waktu Jum’at tiba, bahkan ada yang datang pagi-pagi, tidak menunggu azan tiba. Di akhir ayat, ditegaskan bahwa menaati perintah Allah Swt. dengan melaksanakan perintah salat Jum’at adalah lebih baik bagi orangorang yang memahaminya. Sebab selain akan memperoleh keridhaan Allah Swt. salat Jum’at dapat menimbulkan kesatuan dan persatuan antara umat Islam, akan bisa memperkuat ukuwah Islamiyah, karena salat Jum’at dilakukan dengan cara berjama’ah. Pada ayat ke-10 surat al-Jum’ah, Allah Swt. melanjutkan seruanNya, yaitu apabila telah selesai melaksanakan salat Jum’at, maka segeralah mencari karunia Allah Swt, boleh kembali bertebaran di muka bumi, mengerjakan urusan duniawi, dan berusaha mencari rezeki yang baik dan halal. Di akhir ayat, Allah Swt. memerintahkan agar banyak berzikir kepada-Nya supaya manusia memperoleh keberuntungan. Zikir artinya ingat, atau menyebut nama Allah Swt. adalah bagian terpenting dalam kehidupan umat Islam, baik dalam kaitannya dengan persoalan ‘aqı̄dah, ‘ubūdiyah, maupun akhlak. Sebab Rasulullah adalah manusia yang paling
banyak berzikir, selalu ingat kepada Allah Swt. kuasa alam dalam situasi dan kondisi apapun.

Sedangkan kandungan ayat ke-11, diawali dengan pernyataan Allah Swt. tentang sikap sebagian orang mukmin yang masih silau dengan perniagaan duniawi, padahal sedang mendengar khutbah Nabi Muhammad Saw. Di mana, asbābun-nuzūl ayat ini berkenaan dengan kedatangan rombangan unta dari kafilah dagang Dihyah al-Kalby dari Syām (Suriah) dengan membawa dagangan, seperti tepung, gandum, minyak dan lain-lain. Sebagai kebiasaan, apabila unta rombongan kafilah dagang tiba, maka kaum perempuan ikut menyambutnya dengan menabuh gendang, supaya orang-orang datang membeli dagangan yang dibawanya. Dan kaum Muslimin yang sedang mendengarkan khutbah Jum’at Nabi pun keluar ikut menyambut rombongan dagang ini. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan manusia untuk lebih mementingkan perkara yang bersifat duniawi telah ada sejak zaman Nabi Muhammad, sebagaimana penjelasan di atas. Kemudian Allah Swt. mengingatkan bahwa apa yang ada di sisi Allah Swt. lebih baik daripada permainan dan perdagangan. Keridhaan dari Allah Swt. jauh lebih baik daripada yang diusahakan manusia.

 

 

2. QS. al-Qaṣāṣ [28] ayat 77

Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang kandungan QS. al-Qaṣāṣ [28] ayat 77, mari kita baca dengan baik dan benar teks ayatnya sebagai berikut ini:

 

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

 

a. Latin

 

wabtagi fīmā ātākallāhud-dāral-ākhirata wa lā tansa naṣībaka minad-dun-yā wa aḥsing kamā aḥsanallāhu ilaika wa lā tabgil-fasāda fil-arḍ, innallāha lā yuḥibbul-mufsidīn

 

b. Terjemah Ayat

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan (QS. al-Qaṣāṣ [28]: 77)

 

c. Penjelasan Ayat

Di awal ayat ini, Allah Swt. memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar membuat keseimbangan antara usaha untuk memperoleh keperluan duniawi dan memenuhi keperluan ukhrawi. Tidak mengejar salah satunya dengan cara meninggalkan yang lain. Nabi Muhammad Saw. sangat mencela orang yang yang hanya mengejar akhirat dengan meninggalkan duniawi. Apalagi menjadi beban orang lain dalam masalah nafkah. Pernah Rasulullah mendapati seorang anak muda yang selalu berada di masjid, kemudian beliau bertanya kepada sahabat, siapakah yang memberi nafkah untuk pemuda tersebut? Para sahabat menjawab, ”ayahnya!” Beliau melanjutkan perkataannya bahwa ayahnya lebih baik daripada anaknya. Sebab si pemuda seyogianya bekerja mencari nafkah, sehingga tidak menjadi beban orang lain.

Pada saat kita mengerjakan ibadah, kita harus sungguh-sungguh dan penuh penghayatan. Misalnya sedang salat, harus berusaha melupakan semua urusan duniawi dan hanya mengingat Allah Swt, seolah tidak ada kesempatan lagi untuk beribadah kepada-Nya. Begitu juga dalam menghadapi urusan duniawi, harus penuh perhatian dan kesungguhan, sehingga menimbulkan kesadaran bahwa semua perbuatannya itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Oleh karenanya, penting bagi manusia untuk bisa menyeimbangkan antara kepentingan jasmani (material) dan rohani (spiritual) dalam diri manusia.

Selanjutnya, ayat ini juga memerintahkan kepada manusia untuk bisa berbuat baik kepada Allah Swt. dan sesamanya. Kewajiban berbuat baik ini sebagai perwujudan sifat-sifat Allah Swt. yang Maha Raḥmān dan Raḥīm kepada seluruh makhluk-Nya. Bentuk perbuatan baik itu dapat dikategorikan menjadi empat hal, yaitu:

1). Berbuat baik pada nikmat Allah Swt. berupa harta. Kemewahan dan harta yang berlimpah tidak boleh menjadikan dirinya lupa diri dan lupa terhadap kehidupan akhirat. Bentuk perbuatannya baiknya adalah dengan menggunakan harta untuk memberi nafah keluarga, menyantuni anak yatim, ataupun biaya pendidikan keluarga.

2). Berbuat baik kepada diri sendiri dengan memelihara kehidupan dirinya di dunia, namun tidak boleh bertentangan dengan ajaran Islam. Bentuk perbuatan baik ini seperti makan, minum, berpakaian, beragama, berkeluarga, bekerja dan bermasyarakat.

3). Berbuat baik sebagaimana yang diajarkan Allah Swt. sebagai wujud pelaksanaan kewajiban muslim, yaitu selalu menaati perintah Allah Swt. melalui ibadah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

4). Berbuat baik dengan tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ternyata telah banyak menyia-siakan amanah Allah Swt. Di dalam QS. ar-Rūm: 41 dijelaskan bahwa kerusakan di darat dan di laut adalah akibat ulah manusia. Allah Swt. telah banyak mengingatkan manusia di dalam al-Qur’an agar tidak melakukan kerusakan di muka bumi.

 

3. Hadis Nabi Riwayat Ibnu Mājah

 

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ بَحِيرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِيكَرِبَ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا كَسَبَ الرَّجُلُ كَسْبًا أَطْيَبَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَمَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ وَوَلَدِهِ وَخَادِمِهِ فَهُوَ صَدَقَةٌ

 

a. Terjemah Hadis

Disampaikan kepada kami oleh Hisyam bin ‘Ammar dari Isma’il bin ‘Ayyas dari Bahir bin Sa’ad dari Khalid bin Ma’dan dari al-Miqdām bin Ma’dikarib az-Zubaidi dari Rasulullah, beliau bersabda: “Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya sendiri. Dan apaapa yang diinfakkan oleh seorang laki-laki kepada diri, istri, anak dan pembantunya adalah sedekah ( HR. Ibnu Mājah).

 

b. Penjelasan Hadis

Hadis di atas merupakan motivasi dari Nabi Muhammad Saw. Kepada kaum muslimin untuk memiliki etos kerja yang tinggi. Kita dilarang oleh, Nabi hanya bertopang dagu dan berpangku tangan mengharap rezeki datang dari langit. Kita harus giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga. Bahkan dikatakan oleh Nabi Muhammad Saw. bahwa tidak ada yang lebih baik dari usaha seseorang kecuali hasil kerjanya sendiri. Hal ini tentunya juga bukan sembarang kerja, tetapi pekerjaan yang halal dan tidak bertentangan dengan syari’at Islam.

Nilai mulia dari hasil kerja bukan hanya dari sisi memerolehnya saja, termasuk juga turut membelanjakannya untuk anak, istri, dan pembantu dinilai sedekah oleh Allah Swt. Betapa luhur ajaran Islam yang sangat mendukung para pemeluknya untuk giat bekerja. Dalam hadis lain, Nabi pernah mengajarkan kepada kita sebuah do’a yang sangat indah sekaligus memotivasi kita untuk memiliki etos kerja yang tinggi, sebagai berikut :

 اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, rasa takut, kepikunan, dan kekikiran. Dan aku juga berlindung kepada -Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian” (HR. Muslim).

 

Hadis di atas jelas menunjukkan bahwa Islam sangat menekankan pada pentingnya bekerja keras serta sangat tidak mengajarkan umatnya untuk menjadi pemalas, lemah, apalagi menjadi peminta-minta sebagaimana hadist Nabi Muhammad Saw. berikut ini:

 

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ وَعَمْرُو بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَوْدِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ أَحْبُلَهُ فَيَأْتِيَ الْجَبَلَ فَيَجِئَ بِحُزْمَةِ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَسْتَغْنِيَ بِثَمَنِهَا خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ

 

Dikisahkan kepada kami oleh Ali bin Muhammad dan ‘Amr bin Abdullah alAwda’i dari Waki’ dari Hisyam dari ‘Urwah dari ayahnya dari kakeknya bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Sekiranya salah seorang dari kalian mengambil tali dan membawanya ke gunung, lalu ia datang dengan membawa satu ikat kayu di atas punggungnya, kemudian menjualnya hingga dapat memenuhi kebutuhannya adalah lebih baik daripada meminta-minta manusia, baik mereka memberi ataupun tidak” (HR. Ibnu Mājah).

 

Perilaku Orang yang Memiliki Etos Kerja Tinggi

Sebelum kalian menerapkan perilaku memiliki etos kerja yang tinggi sebagai implementasi QS. al-Jumu‘ah [62]: 9-11; QS. al-Qaṣaṣ [28]: 77; dan hadis, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca al-Qur’an setiap hari.

 

Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan QS. al-Jumu‘ah [62]: 9-11 adalah:

1. Segera menunaikan salat Jum’at manakala telah mendengar seruan azan di hari Jum’at seraya segera meninggalkan segala aktivitas keseharian kita.

2. Pada saat menunaikan ibadah salat Jum’at senantiasa memperhatikan khatib dan melupakan sementara aktivitas kerjanya untuk mengingat Allah Swt.

3. Ketika salat Jum’at telah usai dilaksanakan segera melanjutkan aktivitas semula.

 

Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan QS. al-Qaṣaṣ [28]: 77 adalah:

1. Senantiasa menyeimbangkan kegiatan yang menyangkut urusan akhirat dan dunia.

2. Manakala sedang mengerjakan ibadah, kita senantiasa bersungguhsungguh dan penuh kekhusyuʻan. Demikian juga sebaliknya, saat bekerja senantiasa serius dan giat penuh dengan tanggung jawab.

3. Senantiasa berbuat baik kepada sesama dan tidak membuat kerusakan.

 

Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan hadis Nabi antara lain;

1. Senantiasa bekerja mandiri, tidak mengharapkan uluran tangan orang lain.

2. Apapun pekerjaannya senantiasa dinikmati dengan ikhlas, yang tentunya dalam pekerjaan yang halal.

 

RANGKUMAN

1. Orang beriman diwajibkan untuk melaksanakan salat Jum’at setiap hari Jum’at agar meninggalkan urusan perniagaan.

2. Bila telah melaksanakan ibadah kepada Allah Swt., orang yang beriman dianjurkan untuk kembali melanjutkan kegiatannya, baik itu berdagang, beternak, bertani, bekerja di kantor dan lain-lain.

3. Allah Swt. memerintahkan agar orang-orang beriman memperbanyak zikir kepada-Nya.

4. Manusia sering menjadi silau dengan gemerlapnya duniawi, sehingga lebih memprioritaskan urusan duniawi daripada urusan ukhrawi.

5. Allah Swt. menegaskan, bahwa apa yang ada di sisi Allah Swt. lebih baik daripada yang diperoleh manusia.

6. Sifat lemah, malas dan penakut adalah sifat-sifat negatif yang sering bersarang dalam diri manusia. Karena sifat-sifat tersebut harus dibuang jauh-jauh dari kita.

7. Untuk menghilangkan sifat-sifat tersebut, kita harus bekerja keras sambil berdoa kepada Allah Swt.

8. Hadis di atas juga menganjurkan agar selalu memohon kepada Allah Swt. agar dihindarkan dari ujian hidup dan mati, yaitu diluluskan dalam menghadapi segala macam ujian Allah Swt.

TUGAS SISWA

 

Jawablah pertanyaan berikut ini!

1. Jelaskan kewajiban seorang muslim sebagai bentuk pengamalan QS. alJumu’ah ayat 9!

2. Jelaskan urgensi khutbah Jum’at bagi kaum muslimin sebagaimana kandungan QS. al-Jumu’ah ayat 11!

3. Bagaimana sikap seorang muslim dalam menghadapi kehidupan dunia dan akhirat sebagaiman konsep yang ditawarkan QS. al-Qaṣaṣ : 77!

4. Jelaskan kandungan QS. al-Qaṣaṣ : 77 berikut ini!

 

وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ

 

5. Terjemahkan hadis berikut ke dalam bahasa Indonesia!

 

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

 

Jawaban Tugas dikirim melalui wapri atau link tugas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUTIARA HIKMAH