KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP SPIRITUAL)
1.
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KOMPETENSI INTI 2 (SIKAP SOSIAL)
2.
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
3.
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengeta-huan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
4.
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
146 AL-QUR’AN-HADIS- KELAS XL-QUR’AN-HADIS- KELAS XI 147
KOMPETENSI DASAR
1.8 Mengamalkan perintah Allah
Swt. Tentang etos kerja pribadi muslim dalam kehidupan sehari hari
2.8 Mengamalkan sikap semangat dan
optimis dalam meraih keberhasilan
3.8 Menganalisis QS. Al Jumu‘ah
[62]: 9-11 tentang beribadah dan berusaha, QS. al-Qaṣaṣ [28]: 77 tentang kehidupan
dunia dan akhirat, hadis riwayat Ibnu Majah dari Miqdam bin Ma’dikarib tentang kemandirian:
dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Hisyam bin Urwah tentang keutamaan bekerja:
4.8.1 Mendemonstrasikan hafalan dan terjemahan ayat dan hadis
tentang etos kerja pribadi muslim
4.8.2 Menyajikan keterkaitan ayat dan hadis tentang etos kerja dengan fenomena kedisiplinan
dan ketidakisiplinan dalam masyarakat serta keterkaitan gerakan revolusi mental
di Indonesia
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik dapat mendemosntrasikan hafalan QS. al-Jumu‘ah
[62]: 9-11; QS. al-Qaṣaṣ [28]: 77; dan hadis tentang etos kerja.
2. Peserta didik dapat menyebutkan makna mufradat QS. al-Jumu‘ah
[62]: 9-11; QS. al-Qaṣaṣ [28]: 77; dan hadis tentang etos kerja.
3. Peserta didik dapat menganalisis kandungan QS. al-Jumu‘ah [62]:
9-11; QS. al-Qaṣaṣ [28]: 77; dan hadis tentang etos kerja.
4. Peserta didik dapat menunjukkan perilaku etos kerja dalam kehidupan sehari-hari.
PETA KONSEP
PRAWACANA
Agama Islam merupakan agama yang universal, agama yang mengatur segala
aspek kehidupan, di mana ajarannya menganjurkan umatnya untuk bekerja. Hal ini
mengandung arti untuk bisa merealisasikan fungsi kehambaan kepada Allah Swt.
dan menempuh jalan menuju ridho-Nya, mengangkat harga diri, meningkatkan taraf
hidup, dan memberi manfaat kepada sesama, bahkan kepada makhluk lain. Etos
kerja pribadi muslim adalah sikap kepribadian yang menciptakan pengertian
bahwasannya bekerja bukan hanya untuk mencari kekayaan duniawi, untuk kemuliaan
diri sendiri. Melainkan sebagai manifestasi amal soleh sehingga dapat
memompakan semangat bekerja keras dan tujuan daru
bekerja adalah menunaikan amanah. Hal ini tentu akan dapat meninggikan derajat
mereka di hadapan Allah Swt.
Oleh karena itu, Islam sangat mendorong umatnya untuk bekerja
keras, karena pada dasarnya kehidupan tidak akan terjadi dua kali, sehingga
apabila mereka menyia-siakan waktu, mereka akan tergolong menjadi orang-orang yang
merugi. Hendaknya dalam hidup yang hanya sekali ini, mereka benarbenar bisa
memanfaatkan waktu mereka. Sekaligus untuk menguji orang mukmin siapakah
diantara mereka yang paling rajin dan tekun dalam
bekerja.
AL-QUR’AN-HADIS- KELAS XI 151
1. QS. al-Jumu‘ah [62]: 9-11
Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang kandungan QS.
alJumu‘ah [62]: 9 11, mari kita baca dengan baik dan benar teks ayatnya sebagai
berikut ini:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ
فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ
لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
فَإِذَا
قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ
ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
وَإِذَا
رَأَوْا۟ تِجَٰرَةً أَوْ لَهْوًا ٱنفَضُّوٓا۟ إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَآئِمًا ۚ
قُلْ مَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌ مِّنَ ٱللَّهْوِ وَمِنَ ٱلتِّجَٰرَةِ ۚ وَٱللَّهُ
خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ
a. Latin
yā ayyuhallażīna āmanū iżā nụdiya liṣ-ṣalāti
miy yaumil-jumu’ati fas’au ilā żikrillāhi wa żarul baī’, żālikum khairul lakum
ing kuntum ta’lamụn
fa iżā quḍiyatiṣ-ṣalātu fantasyirụ fil-arḍi
wabtagụ min faḍlillāhi ważkurullāha kaṡīral la’allakum tufliḥụn
wa iżā ra`au tijāratan au lahwaninfaḍḍū
ilaihā wa tarakụka qā`imā, qul mā ‘indallāhi khairum minal-lahwi wa
minat-tijārah, wallāhu khairur-rāziqīn
b. Terjemah Ayat
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan
salat pada hari Jum’at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (QS.
al-Jumu’ah [62]: 9). Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi;
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung (QS.
al-Jumu’ah [62]:10).
Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka
segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri
(berkhotbah). Katakanlah, ”Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada
permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik (QS.
al-Jumu’ah [62]: 11).
c. Penjelasan Ayat
QS. al-Jumu’ah ayat 9 ini berkenaan dengan seruan dari
Allah Swt. kepada orang-orang yang beriman agar mendirikan salat Jum’at. Kata seruan pada ayat
di atas, sebenarnya dapat dipahami tidak hanya sebatas azan yang dikumandangkan
oleh muazin pada hari Jum’at, tetapi seruan dari
Allah Swt. Sebab jika diartikan secara sempit, maka akan banyak sekali umat
Islam yang dijumpai terlambat melaksanakan salat Jum’at. Padahal para sahabat
selalu datang ke masjid untuk melaksanakan salat Jum’at sebelum waktu Jum’at
tiba, bahkan ada yang datang pagi-pagi, tidak menunggu azan tiba. Di akhir
ayat, ditegaskan bahwa menaati perintah Allah Swt. dengan melaksanakan perintah
salat Jum’at adalah lebih baik bagi orangorang yang memahaminya. Sebab selain
akan memperoleh keridhaan Allah Swt. salat Jum’at dapat menimbulkan kesatuan
dan persatuan antara umat Islam, akan bisa memperkuat ukuwah
Islamiyah, karena salat Jum’at dilakukan dengan cara berjama’ah. Pada ayat
ke-10 surat al-Jum’ah, Allah Swt. melanjutkan seruanNya, yaitu apabila telah
selesai melaksanakan salat Jum’at, maka segeralah mencari karunia Allah Swt,
boleh kembali bertebaran di muka bumi, mengerjakan urusan duniawi, dan berusaha
mencari rezeki yang baik dan halal. Di akhir ayat, Allah Swt. memerintahkan
agar banyak berzikir kepada-Nya supaya manusia memperoleh keberuntungan. Zikir
artinya ingat, atau menyebut nama Allah Swt. adalah bagian terpenting dalam kehidupan
umat Islam, baik dalam kaitannya dengan persoalan ‘aqı̄dah,
‘ubūdiyah, maupun akhlak. Sebab Rasulullah adalah manusia yang paling
banyak berzikir, selalu ingat kepada Allah Swt. kuasa alam dalam situasi dan
kondisi apapun.
Sedangkan kandungan ayat ke-11, diawali dengan pernyataan Allah Swt.
tentang sikap sebagian orang mukmin yang masih silau dengan perniagaan duniawi,
padahal sedang mendengar khutbah Nabi Muhammad Saw. Di mana, asbābun-nuzūl
ayat ini berkenaan dengan kedatangan rombangan unta dari kafilah
dagang Dihyah al-Kalby dari Syām (Suriah) dengan membawa dagangan, seperti
tepung, gandum, minyak dan lain-lain. Sebagai kebiasaan, apabila unta rombongan
kafilah dagang tiba, maka kaum perempuan ikut menyambutnya dengan menabuh
gendang, supaya orang-orang datang membeli dagangan yang dibawanya. Dan kaum
Muslimin yang sedang mendengarkan khutbah Jum’at Nabi pun keluar ikut menyambut
rombongan dagang ini. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan manusia untuk
lebih mementingkan perkara yang bersifat duniawi telah ada sejak zaman Nabi Muhammad,
sebagaimana penjelasan di atas. Kemudian Allah Swt. mengingatkan bahwa apa yang
ada di sisi Allah Swt. lebih baik daripada permainan dan perdagangan. Keridhaan
dari Allah Swt. jauh lebih baik daripada yang diusahakan manusia.
2. QS. al-Qaṣāṣ [28] ayat 77
Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang kandungan QS. al-Qaṣāṣ
[28] ayat 77, mari kita baca dengan baik dan benar teks ayatnya sebagai berikut
ini:
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ
وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ
إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ
ٱلْمُفْسِدِينَ
a. Latin
wabtagi fīmā
ātākallāhud-dāral-ākhirata wa lā tansa naṣībaka minad-dun-yā wa aḥsing kamā aḥsanallāhu
ilaika wa lā tabgil-fasāda fil-arḍ, innallāha lā yuḥibbul-mufsidīn
b. Terjemah Ayat
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia
dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang berbuat kerusakan (QS. al-Qaṣāṣ [28]: 77)
c. Penjelasan Ayat
Di awal ayat ini, Allah Swt. memerintahkan kepada orang-orang yang
beriman agar membuat keseimbangan antara usaha untuk memperoleh keperluan
duniawi dan memenuhi keperluan ukhrawi. Tidak mengejar salah satunya dengan
cara meninggalkan yang lain. Nabi Muhammad Saw. sangat mencela orang yang yang
hanya mengejar akhirat dengan meninggalkan duniawi. Apalagi menjadi beban orang
lain dalam masalah nafkah. Pernah Rasulullah mendapati seorang anak muda yang
selalu berada di masjid, kemudian beliau bertanya kepada sahabat, siapakah yang
memberi nafkah untuk pemuda tersebut? Para sahabat menjawab, ”ayahnya!” Beliau
melanjutkan perkataannya bahwa ayahnya lebih baik daripada anaknya. Sebab si
pemuda seyogianya bekerja mencari nafkah, sehingga tidak menjadi beban orang
lain.
Pada saat kita mengerjakan ibadah, kita harus sungguh-sungguh dan penuh
penghayatan. Misalnya sedang salat, harus berusaha melupakan semua urusan
duniawi dan hanya mengingat Allah Swt, seolah tidak ada kesempatan lagi untuk
beribadah kepada-Nya. Begitu juga dalam menghadapi urusan duniawi, harus penuh
perhatian dan kesungguhan, sehingga menimbulkan kesadaran bahwa semua
perbuatannya itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Manusia
terdiri dari jasmani dan rohani. Oleh karenanya, penting bagi manusia untuk
bisa menyeimbangkan antara kepentingan jasmani (material) dan rohani
(spiritual) dalam diri manusia.
Selanjutnya, ayat ini juga memerintahkan kepada manusia untuk bisa
berbuat baik kepada Allah Swt. dan sesamanya. Kewajiban berbuat baik ini
sebagai perwujudan sifat-sifat Allah Swt. yang Maha Raḥmān dan Raḥīm kepada
seluruh makhluk-Nya. Bentuk perbuatan baik itu dapat dikategorikan menjadi
empat hal, yaitu:
1). Berbuat baik pada nikmat Allah Swt. berupa harta. Kemewahan
dan harta yang berlimpah tidak boleh menjadikan dirinya lupa diri dan lupa
terhadap kehidupan akhirat. Bentuk perbuatannya baiknya adalah dengan
menggunakan harta untuk memberi nafah keluarga, menyantuni anak yatim, ataupun
biaya pendidikan keluarga.
2). Berbuat baik kepada diri sendiri dengan memelihara kehidupan dirinya
di dunia, namun tidak boleh bertentangan dengan ajaran Islam. Bentuk perbuatan
baik ini seperti makan, minum, berpakaian, beragama, berkeluarga, bekerja dan
bermasyarakat.
3). Berbuat baik sebagaimana yang diajarkan Allah Swt. sebagai
wujud pelaksanaan kewajiban muslim, yaitu selalu menaati perintah Allah Swt.
melalui ibadah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
4). Berbuat baik dengan tidak berbuat kerusakan di muka bumi.
Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ternyata telah banyak menyia-siakan amanah
Allah Swt. Di dalam QS. ar-Rūm: 41 dijelaskan bahwa kerusakan di darat dan di
laut adalah akibat ulah manusia. Allah Swt. telah banyak mengingatkan manusia
di dalam al-Qur’an agar tidak melakukan kerusakan di muka bumi.
3. Hadis Nabi Riwayat Ibnu Mājah
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ بَحِيرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ
مَعْدَانَ عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِيكَرِبَ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا كَسَبَ الرَّجُلُ كَسْبًا
أَطْيَبَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَمَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ
وَوَلَدِهِ وَخَادِمِهِ فَهُوَ صَدَقَةٌ
a. Terjemah
Hadis
Disampaikan kepada kami oleh Hisyam bin ‘Ammar dari Isma’il bin
‘Ayyas dari Bahir bin Sa’ad dari Khalid bin Ma’dan dari al-Miqdām bin
Ma’dikarib az-Zubaidi dari Rasulullah, beliau bersabda: “Tidak ada yang lebih
baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya sendiri. Dan
apaapa yang diinfakkan oleh seorang laki-laki kepada diri, istri, anak dan pembantunya
adalah sedekah ( HR. Ibnu Mājah).
b. Penjelasan
Hadis
Hadis di atas merupakan motivasi dari Nabi Muhammad Saw. Kepada kaum
muslimin untuk memiliki etos kerja yang tinggi. Kita dilarang oleh, Nabi hanya
bertopang dagu dan berpangku tangan mengharap rezeki datang dari langit. Kita
harus giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga. Bahkan
dikatakan oleh Nabi Muhammad Saw. bahwa tidak ada yang lebih baik dari usaha
seseorang kecuali hasil kerjanya sendiri. Hal ini tentunya juga bukan sembarang
kerja, tetapi pekerjaan yang halal dan tidak bertentangan dengan syari’at
Islam.
Nilai mulia dari hasil kerja bukan hanya dari sisi memerolehnya
saja, termasuk juga turut membelanjakannya untuk anak, istri, dan pembantu dinilai
sedekah oleh Allah Swt. Betapa luhur ajaran Islam yang sangat mendukung para
pemeluknya untuk giat bekerja. Dalam hadis lain, Nabi pernah mengajarkan kepada
kita sebuah do’a yang sangat indah sekaligus memotivasi kita untuk memiliki
etos kerja yang tinggi, sebagai berikut :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, rasa takut, kepikunan, dan kekikiran. Dan aku juga berlindung kepada -Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian” (HR. Muslim).
Hadis di atas jelas menunjukkan bahwa Islam sangat menekankan pada
pentingnya bekerja keras serta sangat tidak mengajarkan umatnya untuk menjadi
pemalas, lemah, apalagi menjadi peminta-minta sebagaimana hadist Nabi Muhammad
Saw. berikut ini:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ وَعَمْرُو بْنُ عَبْدِ
اللَّهِ الْأَوْدِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ أَحْبُلَهُ فَيَأْتِيَ الْجَبَلَ فَيَجِئَ بِحُزْمَةِ
حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَسْتَغْنِيَ بِثَمَنِهَا خَيْرٌ لَهُ مِنْ
أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ
Dikisahkan kepada kami oleh Ali bin Muhammad dan ‘Amr bin Abdullah
alAwda’i dari Waki’ dari Hisyam dari ‘Urwah dari ayahnya dari kakeknya bahwasanya
Rasulullah Saw. bersabda: “Sekiranya salah seorang dari kalian mengambil tali
dan membawanya ke gunung, lalu ia datang dengan membawa satu ikat kayu di atas
punggungnya, kemudian menjualnya hingga dapat memenuhi kebutuhannya adalah
lebih baik daripada meminta-minta manusia, baik mereka memberi ataupun tidak” (HR. Ibnu
Mājah).
Perilaku Orang yang Memiliki Etos Kerja Tinggi
Sebelum kalian menerapkan perilaku memiliki etos kerja yang tinggi
sebagai implementasi QS. al-Jumu‘ah [62]: 9-11; QS. al-Qaṣaṣ [28]: 77; dan
hadis, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca al-Qur’an setiap hari.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan
QS. al-Jumu‘ah [62]: 9-11 adalah:
1. Segera menunaikan salat Jum’at manakala telah mendengar seruan azan
di hari Jum’at seraya segera meninggalkan segala aktivitas keseharian kita.
2. Pada saat menunaikan ibadah salat Jum’at senantiasa
memperhatikan khatib dan melupakan sementara aktivitas kerjanya untuk mengingat
Allah Swt.
3. Ketika salat Jum’at telah usai dilaksanakan segera melanjutkan aktivitas
semula.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan
QS. al-Qaṣaṣ [28]: 77 adalah:
1. Senantiasa menyeimbangkan kegiatan yang menyangkut urusan akhirat
dan dunia.
2. Manakala sedang mengerjakan ibadah, kita senantiasa
bersungguhsungguh dan penuh kekhusyuʻan.
Demikian juga sebaliknya, saat bekerja senantiasa serius dan giat penuh dengan
tanggung jawab.
3. Senantiasa berbuat baik kepada sesama dan tidak membuat kerusakan.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan
hadis Nabi antara lain;
1. Senantiasa bekerja mandiri, tidak mengharapkan uluran tangan
orang lain.
2. Apapun pekerjaannya senantiasa dinikmati dengan ikhlas, yang tentunya
dalam pekerjaan yang halal.
RANGKUMAN
1. Orang beriman diwajibkan untuk melaksanakan salat Jum’at setiap
hari Jum’at agar meninggalkan urusan perniagaan.
2. Bila telah melaksanakan ibadah kepada Allah Swt., orang yang
beriman dianjurkan untuk kembali melanjutkan kegiatannya, baik itu berdagang, beternak,
bertani, bekerja di kantor dan lain-lain.
3. Allah Swt. memerintahkan agar orang-orang beriman memperbanyak zikir
kepada-Nya.
4. Manusia sering menjadi silau dengan gemerlapnya duniawi,
sehingga lebih memprioritaskan urusan duniawi daripada urusan ukhrawi.
5. Allah Swt. menegaskan, bahwa apa yang ada di sisi Allah Swt.
lebih baik daripada yang diperoleh manusia.
6. Sifat lemah, malas dan penakut adalah sifat-sifat negatif yang
sering bersarang dalam diri manusia. Karena sifat-sifat tersebut harus dibuang jauh-jauh
dari kita.
7. Untuk menghilangkan sifat-sifat tersebut, kita harus bekerja
keras sambil berdoa kepada Allah Swt.
8. Hadis di atas juga menganjurkan agar selalu memohon kepada
Allah Swt. agar dihindarkan dari ujian hidup dan mati, yaitu diluluskan dalam menghadapi
segala macam ujian Allah Swt.
TUGAS SISWA
Jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Jelaskan kewajiban seorang muslim sebagai bentuk pengamalan QS.
alJumu’ah ayat 9!
2. Jelaskan urgensi khutbah Jum’at bagi kaum muslimin sebagaimana kandungan
QS. al-Jumu’ah ayat 11!
3. Bagaimana sikap seorang muslim dalam menghadapi kehidupan dunia
dan akhirat sebagaiman konsep yang ditawarkan QS. al-Qaṣaṣ : 77!
4. Jelaskan kandungan QS. al-Qaṣaṣ : 77 berikut ini!
وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ
5. Terjemahkan hadis berikut ke dalam bahasa Indonesia!
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ
وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
Jawaban
Tugas dikirim melalui wapri atau link tugas